chapter 62

214 28 8
                                    

Adrian mengambil ponsel milik Mikasa kemudian menghidupkannya.

"dia ini siapa sayang?!" tanya Adrian yang menunjukkan layar lockscreen Mikasa yang terdapat fotonya dengan Levi.

'syukur banget ponsel gue udah hidup. makasih ya babi udah nge-charge ponsel gue, kan kalo gini enak jadinya.' batin Mikasa menyeringai dalam hatinya.

"apa urusan lo nanyain itu? ngaruh buat hidup lo?!" tanya Mikasa balik dengan dinginnya. kancing atas seragamnya yang masih sengaja Adrian buka sebagian agar Adrian bisa menatap bagian belahan dada Mikasa.

"ngaruh banget sayang, kan aku calon masa depan kamu. aku harus tau dong dia siapa, apa dia pacarmu?" tanya Adrian yang menatap dalam dalam foto Levi di ponsel Mikasa.

Mikasa tidak menjawabnya. ia tidak ingin Levi menjadi masuk kedalam masalahnya.

"jawab dong sayang, dia siapa?!" tanya Adrian lagi.

"berisik banget sih lo anjing!" geram Mikasa tegas dan sedikit membentak.

"oh, jadi kamu sudah bisa bentak bentak dan ngomong kasar gini ya?!" ujar Adrian tersenyum miring.

"emang dari dulu gue udah toxic, gausah sok kaget deh! jijik banget gue liat lo lebay!" ucap Mikasa yang memancing emosi Adrian.

benar, Adrian yang terpancing emosinya pun mendekati Mikasa lalu mendekatkan bibirnya ke arah telinga Mikasa dan membisikkan sesuatu pada Mikasa.

"gue bakal buat orang di foto ini mati, jadi lo hanya milik gue seutuhnya." ujarnya dengan nada berniat mebunuh.

"coba aja kalo lo berani, cari aja sana! kalo udah ketemu coba aja bunuh kalo bisa!" ujar Mikasa. Adrian yang heran karena Mikasa tak merasa ketakutan sedikitpun dengan ancamannya pun memundurkan badannya dan mengernyitkan matanya.

"k-kamu nggak takut sama ancaman aku?!" tanya Adrian yang tanpa sadar ia sudah menunjukkan kegelisahannya.

"ngapain gue harus takut sama lo, fuckers?! gue punya Tuhan yang harus gue takuti, bukan lo!" ucap Mikasa dingin yang mebuat Adrian semakin tersulut emosi.

Adrian mengepalkan tangannya lalu berjalan dengan cepat mendekati Mikasa dan hendak meninju pipi Mikasa. namun dengan cepat Mikasa mengelak dan menendang kemaluan Adrian dengan keras mengingat hanya tangannya saja yang diikat.

"AAARRGGHHHH, SAKIT MIKASA!" teriak Adrian yang kemudian tergeletak di lantai sambil memegang kemaluannya.

Mikasa mendudukkan kursi yang menempel di bagian belakang tubuhnya tepat di sebelah Adrian. kaki kanannya menginjak kepala Adrian yang mana Adrian masih merasa kesakitan memegang kemaluannya.

"lepasin gue atau gue pecahin kepala lo disini juga?!" ancam Mikasa yang semakin menginjak kepala Adrian dengan keras walau ia dalam posisi duduk.

namun bukan Adrian namanya jika ia mudah putus asa begitu saja. Adrian tidak menghiraukan ucapan Mikasa dan malah tertawa dengan nada jahatnya.

"k-kamu nggak mau nanya kenapa aku ketawa kaya gini?!" tanya Adrian dengan suara parau yang kepalanya masih diinjak Mikasa.

"gue nggak mau ngabisin tenaga cuma demi nanyain kenapa lo ketawa. kaya nggak ada pertanyaan bermutu lainnya aja." ucap Mikasa yang diakhiri tawa dinginnya berniat menyindir Adrian.

tak lama, seseorang masuk sambil menodongkan pisau ke arah Mikasa. Mikasa pun hanya tersenyum miring ke arah seseorang itu.

"bapak, kan tadi bapak nggak antar saya sampai rumah dengan selamat, nah gimana kalau saya bikin bapak juga nggak selamat pulang ke rumah?" tanya Mikasa halus dengan senyuman tulusnya.

I'm Hers [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang