Kini hari kedua Chika berangkat ke sekolah sudah menggunakan seragam olahraga. Tetapi, apakah Chika yakin nanti bisa mengikuti pelajaran olahraga? Karena sedari tadi malam, lutut kanannya memar akibat kerjaan si ketua osis itu.
Chika yakin bisa, dengan kuat dia meregangkan kakinya setelah 15 menit perjalanan menaiki motor bersama adeknya.
"Gue, langsungan ya kak." pamit Christian.
"Hati-hati."
Chika kemudian berjalan masuk dan kini ia tidak perlu terburu-buru karena jam masih menunjukkan pukul 7 kurang.
Seperti disekolah elit, di SMA Jakarta 48 memiliki banyak loker untuk menyimpan buku atau barang siswanya. Tidak hanya itu, sekolah ini juga terdapat kolam renang, ruang studio musik, lapangan basket, lapangan voli, ruang theater, dan masih banyak lagi.
Sesampai didepan kelas, langkah Chika terhenti didepan loker miliknya. Ia membuka loker tersebut untuk memasukkan beberapa buku yang memang sengaja ingin ia taruh situ agar tidak memenuhi lacinya nanti.
Belum sepenuhnya terbuka, didalam loker tersebut sudah terlihat ada sebuah hansaplast dan sepucuk bunga tulip berwarna orange. Disamping tulip, tak lupa ada sebuah surat dengan tulisan singkat.
Ya begini anak tuli, ceroboh. Obati lukamu!
Pesan itu lantas membuat Chika bingung seribu bingung. Siapakah orang baik yang memberikan hansaplast dan setangkai bunga tulip berwarna orange? Entah lah, sekarang yang terpenting adalah mengobati lukanya terlebih dahulu di UKS.
Chika menyimpan surat dan bunga itu didalam loker lantas menutupnya. Ia meletakkan terlebih dahulu tas dikelas dan segera pergi menuju UKS.
Karena ke sok tahu an Chika mencari UKS disekolah yang luas ini, alhasil ia kesasar. Dia menuju ke sebuah lorong panjang dan disana menggema sebuah nyanyian dari salah satu ruangannya.
Samar-sama terdengar seseorang sedang bernyanyi.
Calling you late at night
Talking 'bout nothin'
But we're always laughingThese dumb conversations
They raise my affections
Those were the good times
And I miss the old timesHave I told you lately?
That I miss you badly?Chika semakin dibuat takjub dengan suara merdu itu, langkahnya kini terhenti disebuah ruangan tepat orang tersebut bernyanyi.
"Kak Vion? Sama siapa dia pagi-pagi gini?" gumamnya.
Ternyata Vion yang sedang melantunkan lagu merdu itu, dia seperti penyanyi sekaligus juga gitaris handal karena dapat dilihat dari permainan gitarnya.
Namun, Vion tidak sendirian disana. Ada seorang perempuan bermain piano mengiringi nyanyian dan petikan gitarnya. Chika rasa perempuan itu bukan perempuan yang menolongnya kemarin dilapangan. Ya, bukan Mira. Tampak asing, dari wajahnya.
"Yessica." tiba-tiba saja seseorang mengagetkan Chika yang sedang mengintip kedua orang lainnya diruang studio musik itu.
"Kak Gito?"
Gito juga tampak bingung melihat Chika clingukan ada didepan ruang studio "Kamu ngapain sampe sini?"
"Eh hm a-nu kak..." jawab Chika gagap karena bingung.
"Mau main musik juga?" tanya Gito.
Chika menggeleng. "Engga, mau ke UKS sih kak sebenernya. Tapi nyasar malah sampe sini." perjelas Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULIP [VIKUY] (END)
RomanceYessica Tamara, siswi baru di SMA Jakarta 48 yang terkenal dikalangan kakak kelas dan juga teman seangkatannya karena parasnya yang cantik. Tidak hanya itu, lelaki disekolahnya juga banyak yang terpikat karena otak pintarnya yang dikenal dari SMP se...