Call You Mine

1.7K 206 31
                                    

Hari Sabtu yang cerah ini, Chika berniat pergi ke rumah sakit menjenguk Vino yang masih tak sadarkan diri. Sekaligus, membantu Shani jika ada perlu sesuatu. Tetapi melihat jam, masih cukup siang untuk berkunjung kesana. Lagian jam kunjung juga belum dibuka, jadi Chika menyempatkan diri untuk pergi ke sebuah kafe terlebih dahulu.

Chika berjalan menyusuri jalanan kota yang tampak ramai dan macet. Pandangannya justru terfokus pada kafe diseberang jalan sana. Dari luar saja tampaknya kafe tersebut cukup nyaman dan bernuansa kekorea-an. Alhasil, siapa sih gadis yang tak berminat kesana ketika melihat kafe tersebut.

Gadis bermata coklat itu, masuk ke dalam kafe. Memesan satu cangkir lemon tea dan sepotong kue. Chika tak suka kopi, dia lebih baik meminum teh atau coklat. Tapi pilihannya siang ini adalah lemon tea. Kemudian, gadis itu duduk di salah satu meja dekat dengan jendela. Tak tau kenapa, Chika suka sekali melihat padatnya lalu lalang kendaraan yang lewat. Baginya, itu menyenangkan walau terlihat macet dan cukup rumit.

Fokus Chika beralih pada handphone miliknya yang diletakkan di atas meja. Tak ada pesan dan tak ada panggilan dari orang yang ia harapkan. Dia tak mengabari Chika setelah insiden di sekolah kemarin. Entah lah, biarkan saja.

"Kamu sendiri aja disini?" tanya seorang bapak tua menggunakan tongkat, duduk di kursi kosong depan Chika. Terlihat dari wajahnya, tampak seperti orang korea. Tampaknya Chika tau siapa bapak tua itu, pemilik kafe yang sekarang sedang ia kunjungi.

"Iya kek, saya sendiri." jawab Chika sedikit takut. Pasalnya ini pertama kali, ia mengobrol dengan orang asing.

"Gausah takut begitu, saya hanya akan mengajak kamu ngobrol."

Chika mengangguk dan tersenyum "Iya kek."

Kakek tua itu menyusuri pandangan matanya pada Chika. Mengamati setiap gerak-gerik Chika. Lelaki itu tersenyum tanpa arti dan mengeluarkan pertanyaan. "Boleh saya tau nama kamu?"

Tak mungkin Chika tak menjawab "Yessica Tamara, kek."

Bukannya mendengarkan Chika, pandangan kakek ini justru beralih pada gadis kecil yang baru saja masuk ke kafe membawa totebag di tangan kirinya.

"Kakek ini biasa, sukanya menggoda saja, biarkan kakaknya duduk manis sendiri lah kek, sambil meneduh lemon tea dan kue pesanannya." tutur gadis kecil itu yang kemudian menghilang masuk ke dalam ruangan pribadi di kafe.

Si kakek hanya menggelengkan kepala "Kamu itu kebiasaan, jam segini baru pulang. Sana cepat mandi!"

Tau bahwa gadis itu baru pulang, kakek tua hanya bisa bersabar dan memijat keningnya yang sudah keriput.

"Itu siapa kek?" tanya Chika.

"Cucu kakek, dia pergi pagi tadi dan sekarang sudah hampir jam 3 sore baru pulang." jawab kakek.

Chika cukup kepo "Emang ngapain kek?"

"Dia les, mempersiapkan untuk ujian karena sudah kelas 3 SMP."

Perkataan kakek tua itu membuat Chika keingat dengan Christian. Adek satu-satunya itu sudah tak punya waktu bermain lagi dengan Chika. Bahkan mereka bertemu hanya saat berangkat sekolah. Mau weekend atau pulang sekolah, mereka jarang bertemu. Shani pun juga mengeluh pada Chika, jika Christian sangat jarang mengunjungi dirinya dan Vino di rumah sakit.

"Sama seperti adek saya kek, karena dia sibuk, akhir-akhir ini sedikit lebih pendiam." tutur Chika, merindukan Christian.

"O-oh ya?"

"Iya kek, sibuk belajar lagi banyak ujian."

"Sama seperti Muthe, dia juga setiap hari pulang les hingga larut malam. Belum lagi membantu kakek mengurus kafe."

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang