Heartbreak

1.5K 195 71
                                    

Mood Chika hari ini sedang tidak baik, sedari tadi pagi kepalanya yang nampak berat itu terus diletakkan di atas meja. Tak lupa memasang earphone berwarna putih dan mendengarkan lagu yang terputar lewat aplikasi musik berwarna hijau. Chika cewek yang unik, walaupun tampaknya seperti bidadari yang jatuh dari surga, justru genre lagu favoritnya adalah musik lawas dengan alunan gitar akustik seperti More Than Words nya Extreme, Leaving On A Jet Plane, Heaven Knows nya Rick Price, dan masih banyak lagi lagu di dalam playlist miliknya yang tersimpan.

Sejujurnya, Chika dahulu sempat menyukai lagu kpop dari EXO atau NCT. Namun, seiring berjalannya waktu dia melupakan lagu-lagu tersebut. Sekarang, dirinya lebih memilih untuk mendengarkan alunan lagu barat lawas yang sedikit rock dan liriknya romantis. Mungkin, karena turunan Vino. Almarhum ayahnya itu suka sekali mengoleksi kaset atau CD lagu-lagu yang seperti itu. Menjadikan Chika hapal dan terus bisa mengenang ayahnya lewat lagi-lagu tersebut.

Lagu yang di dengarnya saat ini menghiasi
seluruh isi kepala Chika, membuatnya sangat rindu dengan Vino. Tak mungkin juga, saat ini dirinya harus menangis tersedu-sedu mengingat perihal sang ayah. Malu dengan beberapa teman yang lain dikelas. Hari ini juga, sekolah sedang mengadakan pensi, jadi dirinya tak perlu untuk bersusah payah dimarahi guru ketika berani mencoba mendengarkan musik lewat earphone. Toh kegiatannya juga bebas.

"Chik, ayo buruan ke lapangan. Acaranya seru banget lho." tarik Nanda pada tangan kecil Chika. Anak itu super heboh sekali sejak pagi karena menyambut pensi yang cukup meriah. Apalagi banyak bazar makanan yang mensponsori acara ini berlangsung, teman Chika itu tambah bersemangat. Berbeda sekali dengan dirinya, yang terlihat malas dan memilih untuk membenamkan wajah dibalik meja.

Chika menggerang ketika Nanda menarik tangannya dengan paksa. Dia itu tidak suka di ganggu apalagi ketika sedang berada di dunianya sendiri. "Engga deh, gue disini aja. Lebih suka sendiri daripada rame-rame." lebih tepatnya karena Chika sedang dalam mood yang tidak baik. Pasti juga, lapangan ramai penuh dengan desak-desakan siswa.

"Ah elo mah ga seru banget sih. Yaudah, gue keluar dulu ya." akhirnya Nanda menyerah, ia kembali ke lapangan menghampiri Brielle yang tadi sempat dia tinggal. Lebih baik untuk tidak mengganggu putri tidur daripada harus mendapat amukan amarah yang menegangkan.

Chika membiarkan dirinya lagi terhanyut sepi di kelas bersama lagu yang masih terdengar jelas ditelinganya. Sembari mencari lagu apa yang selanjutnya akan dia putar. Kemudian, setelah 5 menit kepergiaan Nanda. Anak itu kembali lagi ke kelas. Dengan napas yang terengah-engah.

"Chik, Chik... Ayo buruan kesana." paksa Nanda kali ini dengan sungguh-sungguh. Tampaknya ada sesuatu yang istimewa sehingga Chika harus diwajibkan untuk mengikuti dirinya ke lapangan. Dengan segenap tenaga, Nanda mengangkat tubuh Chika yang sedikit lebih berisi darinya. Mengakibatkan kedua orang itu sama-sama terjatuh.

"Aduh Nan.... Kan udah gue bilang, gue gamau!" Chika marah, tetapi marahnya super lembut. Ia tak ingin dicap menjadi mbak-mbak galak jika marahnya terlalu meronta-ronta. Akhirnya  bangkitlah tubuh Chika dari atas lantai dan kembali duduk.

Sedangkan, Nanda masih mencoba mengatur tempo bicaranya. "Ih itu lo ada Kak Gito mau tampil sama Kak Vion." ucapnya semangat. Ia adalah orang pertama yang menggebu jika Gito akan menampilkan sesuatu apalagi menggebunya karena cowok itu sedang mendekati sahabatnya, Chika. Membuat Nanda kian semangat 45 untuk dunia percomblangan.

"Ha? Demi apa?" seketika Chika yang tadinya benar-benar malas untuk pergi ke lapangan menjadi sama semangatnya seperti Nanda. Kapan lagi kan menyaksikan penampilan dua orang yang cukup dekat dengannya itu di atas panggung.

"Iya makanya ayo." tarik Nanda lagi pada tangan Chika menuju luar kelas. Ternyata lapangan sekolah yang cukup besar itu, terisi penuh oleh banyaknya siswa yang pada antusias. Apalagi dikalangan murid perempuan, Gito dan Vion menjadi salah satu kegembiraan mereka. Masak kesempatan kedua lelaki itu bernyanyi harus disia-siakan begitu saja.

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang