Tulip Hitam

1.5K 190 8
                                    

Pagi ini Chika bangun kesiangan karena semalam sehabis dirinya pingsan, Chika dan Vion disusul oleh beberapa anak-anak kelas 12 yang lain, ia kedinginan dan hampir saja terjatuh ke danau namun dengan sigap ada sosok lelaki yang selalu saja membantunya.

Suhu tubuh Chika tampak normal dan kepalanya sudah tidak pusing. Ia mengerjapkan mata berulang kali sembari mengontrol deru napas.

"Nih Chik, tadi subuh tiba-tiba ada dipojok tenda. Untung ga hujan, coba kalo hujan udah layu nih bunga." Nanda yang semula ada diluar tenda, kemudian masuk ketika melihat temannya itu sudah bangun.

Nanda memberikan Chika tulip yang kali ini berwarna hitam dan sepucuk surat disana.

"Item?" tanya Chika bingung.

Seseorang yang memberikan tulip itu sepertinya tak gencar untuk terus mendekati Chika dengan berbagai cara.

"Kenapa? Lu mau nyuruh gue nyari artinya lagi?" ujar Nanda.

"Engga, disuratnya ditulis kok artinya."

Bunga tulip warna hitam ini bisa diartikan dengan percaya diri. Seperti saya saat ini, selalu percaya diri bahwa akan jadi pacarmu.

"Pede banget sih nih orang." Chika melempar surat kecil itu ke hadapan Nanda dan memutar malas bola matanya.

Sepertinya, Chika bukannya semakin penasaran malah semakin ilfeel.

"Tapi, kalo yang pede kak Gito gapapa ya?" Fiony terkekeh pelan.

"Iya sih, masalahnya kembali ke Chika Fi. Chika nya mau ga?" Brielle pun ikut terkekeh menggoda Chika.

"Aduh, ga tau gue. Pusing ngurus beginian. Nih titip ya, mau mandi dulu." Chika memberikan satu tangkai bunga tulip itu pada Nanda dan beralih mengambil peralatan mandinya.

Daripada membahas hal yang tidak penting, lebih baik Chika membersihkan diri karena semalam dia belum sempat bersih-bersih.

Baru saja keluar tenda, didepan sudah bertemu dengan kak Gito dan Five Orange yang lain sedang menghangatkan diri didepan api unggun kecil.

Ingin Chika menghindar, tetapi selalu saja kakak kelasnya menghampiri dia.

"Hai Yessica baru bangun? Sorry ya semalem ga balik ke tempat kalian. Masih banyak yang diurus juga, jadi saya nyuruh Dhio sama beberapa temen yang lain nyusul kamu sama Vion."

Semalem, sebenarnya ingin sekali Gito menghampiri Chika dan Vion yang dia tinggal ditengah hutan sendiri. Gito tau, kedua temannya itu tidak membawa peta, jadi tidak bisa balik ke tenda. Akhirnya, karena masih banyak urusan, Gito menyuruh beberapa temannya dan Pak Samsul untuk menyusul Chika dan Vion.

"Iya kak gapapa kok, toh juga nyampe dengan selamat." Chika selalu saja bersikap baik hati didepan kakak kelasnya yang satu itu, bagi dia Gito sudah banyak membantu Chika.

"Maaf ya..." Gito tetap saja merasa bersalah.

"Iya kak ya ampun santai." kata Chika.

"Kayaknya saya ga becus jagain kamu kemarin yang lagi pingsan gitu."

"Ga kok kak, urusan kakak kan lebih penting dari aku. Jadi santai aja, aku juga udah sehat."

"Syukurlah kalo udah sehat, sebagai permintaan maaf saya, kamu mau ga kalo sehabis camping ini kita pergi?"

Benar dugaan Chika, lagi-lagi Gito terus memberikan kebaikan padanya. Apa ini semua sebatas balas budi? Seperti yang juga Vion lakukan padanya? Tapi kan Vion dan Gito berbeda.

"Pergi ya kak?" tanya Chika memastikan.

"Iya, gimana mau?"

"Hm... Gimana ya kak?" Bukan Chika tak mau, tapi apapun yang dia lakukan harus mendapat persetujuan dari Vino dan Shani.

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang