God's Plan

1.3K 195 37
                                    

Liburan satu hari satu malam dipuncak bersama keluarga Chika dan juga Gito membuat Vion kapok. Pasalnya kalo saja Christian tidak mengajak dia ikut dalam liburan ini, Vion tak akan uring-uringan melihat kemesraan yang terjadi antara Gito dan Chika. Bahkan sampai tidak mood untuk berbicara apapun.

Ciuman hangat yang diberikan Gito saat malam itu pada Chika, membuat Vion tidak bisa tidur. Dia terus membiarkan dirinya berkelana dari pikiran satu ke pikiran lainnya. Sedangkan, Gito sendiri seperti orang yang tertimpa ratusan juta uang dari langit. Sangat bahagia, setelah mencium pacarnya itu.

Tak banyak ribut lagi perkara siapa yang akan menyetir untuk pulang, karena Vion selalu siap untuk menjadi supir. Tidak peduli, Gito juga memaksa. Dirinya lebih baik menjadi supir seharian menatap fokus jalanan aspal dibanding menyaksikan keuwuan pasangan dibelakangnya.

Setelah perjalanan pulang yang lumayan cepat sekitar 1 setengah jam. Vion sudah mengendarai motornya lagi dari rumah Shani menuju rumahnya. Jujur, kakinya begitu lelah setelah menyetir mobil. Perutnya pun tak berhenti keroncongan. Buru-buru Vion memasuki halaman depan rumahnya setelah mengebut dengan kecepatan tinggi dijalanan siang Jakarta ini. Menatap heran kenapa ada mobil Mira di depan rumah, tumben sekali anak itu ada dirumah Vion saat dirinya baru saja pergi.

Vion memarkirkan motornya di dalam garasi dan menyusul Mira yang sedang terduduk di teras bersama Zee. Ia melepaskan pengait helm dan mencoba mengatur beberapa rambutnya yang berantakan "Kalian tumben kesini, mau ngapain?" tanyanya.

Belum mendapat jawaban dari wanita dan pria dihadapannnya. Mira memeluk tubuh tegap Vion yang masih bau keringat karena tadi pagi tidak mandi. Wanita itu menangis sejadi-jadinya dan membuat Vion kian bingung. Apakah dia berbuat salah? Ataukah ada hal yang tidak baik terjadi?

Tanpa pikir panjang, Vion menerima pelukan itu. Dia tepuk-tepuk punggung Mira dan menyincingkan satu alisnya naik "Kenapa Mir?" tangisan Mira itu tak berhenti lama. Padahal disana juga ada Zee, kenapa yang menjadi sasaran haruslah Vion.

Dirasa puas, Mira baru melepaskan pelukan itu. Dia memukul bahu Vion berkali-kali. Tapi tetap dibiarkan oleh yang punya bahu "Yon, lo kemana aja! Gue telpon dari semalem ga dijawab!" teriak Mira ketakutan.

"Gue habis dari puncak sama Gito, hp gue juga lowbat." dari semalam dia ingin mencari sinyal di puncak tapi tak kunjung dapat dan malah mendapati Chika yang sedang memakan kentang rebus. Ketika Vion hendak mengecas hpnya, ternyata dia lupa tak membawa cas-cas an. Alhasil, hingga sekarang baterai handphone Vion mati.

"Vion..." rintih Mira masih mengeluarkan air dari kedua bola matanya. Seperti sulit untuk menyampaikan sesuatu. Karena tak ingin melukai lelaki itu sedikitpun.

Vion lantas berganti menatap Zee yang hanya tertunduk kaku dan kemudian kembali menatap gadis didepannya "Lo kenapa sih Mir, ga ada angin ga ada hujan meluk gue sambil nangis-nangis? Kesambet apaan lo?"

"Marsha Yon..." ketika memgelurkan kata tersebut, Mira justru semakin menangis. Membuat Vion ikutan cemas mendengarnya "Hah Marhsa kenapa?"

Mira hampir saja terjatuh, untungnya dengan mudah ditangkap oleh Vion "Jawab gue dulu, Marsha kenapa!?" lelaki itu memegang kedua bahu Mira dan dia goyang-goyangkan dengan kencang.

Tau jika Mira tak akan bisa berkata apa-apa lagi. Dengan sekuat hati, Zee yang hanya menunduk itu, membantu Mira mengatakannya "Marsha... Udah ga ada Yon." tutur Zee ikut merangkul bahu sahabatnya itu bersama Mira.

Semalam perasaan Vion memang sudah tidak enak, apalagi dia pergi tanpa mengabari peri kecilnya itu. Ibu Marsha juga memghubunginya berulang kali namun tak ada respon. Hingga salah satu jalannya melalui asisten suruhan Mira, dia menelpon Mira untuk mengabarkan jika gadis kecil penderita kanker leukimia itu sudah dijemput oleh Tuhan. Mira cepat-cepat ke rumah duka dan sekalian menghampiri Vion yang ada dirumahnya.

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang