Di tengah kemacetan jalanan Kota Jakarta, ditambah teriknya mentari yang memancarkan sinarnya dari balik kaca mobil. Membuat Chika betah berlama-lama memeluk tubuh pria disampingnya. Padahal sudah jelas akan terhalang tuas persneling namun tetap saja sifat manja Chika itu tak bisa dihentikan. Setelah Zahran berani mengucap kata lamarannya pada Chika. Dua bulan kemudian, lelaki itu mengajaknya lagi untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Segala proses sudah mereka lalui dari mulai tunangan, mengurus buku nikah, souvenir, dan berbagai kegiatan menjelang hari bahagia.
Tak bisa dipungkiri, bertemu dengan Zahran adalah kebahagiaan Chika yang sangat luar biasa. Kedekatan mereka yang dimulai karena Zahran meminta bantuan kepada Chika untuk mendamaikan hubungannya bersama Fiony. Ternyata justru hubungan lelaki itu dan Fiony berakhir kandas. Tanpa sebab, Fiony meminta putus dan membiarkan Zahran tersakiti sendiri. Sedangkan, saat itu bebarengan dengan hubungan Chika dan Gito yang sama-sama berakhir di tengah jalan karena perselingkuhan yang dilakukan mantan ketua osis itu pada Chika.
Siapa sangka, ketidaksengajaan skenario dari Tuhan ini mengantarkan mereka pada jenjang yang lebih halal. Chika berhasil termakan omonganya sendiri saat dulu sempat mengejek Fiony karena berpacaran dengan lelaki buaya. Pada akhirnya, dialah yang menjadi pendamping hidup Zahran kelak. Menyaksikan menuanya lelaki buaya yang satu itu. Apakah dia akan pensiun menjadi seekor buaya saat sudah memiliki Chika sebagai teman hidupnya? Atau semua perjanjian pernikahan yang akan mereka buat nantinya hanya menjadi dusta belaka?
Yang jelas dari mereka berdua sama-sama sudah yakin dengan tanggung jawabnya. Zahran berani mengambil langkah yang sangat besar untuk kebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan Chika. Dia sudah lama menghilangkan sifat buayanya sejak putus dari Fiony, ia bertekad akan benar-benar berubah. Chika pun tau itu, dia menjadi saksi setiap perjalanan Zahran melupakan Fiony. Bahkan, keluh kesah lelaki itu yang menampung adalah Chika. Telinganya selalu siap mendengar curhatan Zahran tentang Fiony selama 24 jam. Menjadikan mereka semakin dekat dan kian dekat seperti sekarang.
Sehabis mencoba baju untuk akad mereka yang akan dilaksanakan seminggu lagi, Zahran mengantarkan Chika untuk pulang. Namun, sepertinya Chika begitu manja sampai menggelendoti Zahran agar lelaki itu tak menyetir mobil dengan cepat. Dan bisa berlama-lama di perjalanan. "Sayang, ini hari terakhir kita ketemu sebelum dipingit lho. Ga mau lama-lama dulu apa?" biasanya jika akan menikah menggunakan adat Jawa, pasti ada proses pingit-memingit. Dimana, pengantin wanita tidak boleh bertemu dengan pengantin pria sesuai batas waktu yang telah ditentukan. Karena Chika adalah keturunan Shani yang notabenenya keturunan Jawa. Jadi pernikahan Chika dari awal hingga akhir akan berlangsung dengan adat Jawa.
Zahran mencium pipi Chika, karena sedikit merasa bersalah. Dirinya harus buru-buru sampai ke kantor lagi. "Maaf ya sayang.... Kamu kan tadi tau, bawahan ku udah nelpon terus. Aku tu juga masih kangen, tapi ya mau gimana. Harus nyari uang dong buat kamu dan anak-anak kita nanti." selama fitting baju tadi, Zahran terus di telpon oleh bawahannya karena harus menghadiri rapat besar yang mendatangkan banyak perusahaan asing. Seperti Chika, pekerjaan Zahran pun sama. Namun, bedanya Zahran bukanlah pemilik perusahaan atau owner seperti calon istrinya tersebut. Zahran hanya menjadi CEO saja atau bahasa lainnya direktur.
"Hehehe makasih ya mas, udah mau terus berjuang buat aku dan buat hubungan kita." Chika semakin melingkarkan tangannya pada perut Zahran. Lelaki itu mendapat julukan baru dari gadisnya, merasa sangat bingung "Mas?" sebelumnya tak ada panggilan seperti itu yang diucapkan oleh Chika. Paling hanya sebatas sayang, kakak, atau kamu. "Percobaan dulu kak, kan buat panggilan ku ke kamu kalo udah sah nanti." Chika tertawa senang, saat melihat wajah Zahran yang tiba-tiba salting. "Oalah iya sayang... Lucu banget sih kamu." lelaki itu mencubit pipi Chika gemas.
Zahran mengambil tangan Chika dan dia biarkan wanita itu merasakan denyut jantungnya yang berpacu kencang. "Aku deg-degan nih padahal masih seminggu lagi. Mana takut salah pas ijab qobul." mungkin hampir setiap pagi, lelaki itu menyebut nama Chika dan Vino berulang kali. Chika mengangguk, dia merasa sedih tidak dapat di dampingi oleh sosok ayah yang menjadi pahlawan kecilnya saat proses akad pernikahannya nanti. "Aku jadi kangen sama papa deh kak." kebahagiaan yang Chika rasakan rasanya sirna begitu saja, saat berulang kali mengingat bahwa yang akan berjabat tangan dengan Zahran saat ijab qobul nanti adalah Christian, adeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULIP [VIKUY] (END)
RomanceYessica Tamara, siswi baru di SMA Jakarta 48 yang terkenal dikalangan kakak kelas dan juga teman seangkatannya karena parasnya yang cantik. Tidak hanya itu, lelaki disekolahnya juga banyak yang terpikat karena otak pintarnya yang dikenal dari SMP se...