Lost

1.3K 177 50
                                    

Lima bulan sudah berlalu, sejak hubungan trial Chika dan Vion berakhir. Keduanya sama-sama saling menghindar. Sama-sama saling tidak bertegur sapa. Sama-sama saling bertatapan sinis jika bertemu. Namun, berbeda dengan hari ini. Ketika Vion dan ketiga teman Orange lainnya sampai di sekolah berangkat bersama naik mobil. Chika mengikuti mereka dari parkiran.

Dirinya sedikit berlari menyusul keempat kakak kelasnya itu "Kak Vion! Kak Vion!" panggil Chika.

Bukannya malah Vion yang menengok, justru Mira. Dan wanita itu menyenggol tubuh Vion yang berada di sampingnya "Yon, dipanggil tuh sama Chika."

Tak di gubris, benar-benar tak di gubris sedikitpun oleh pemilik mata elang. Lalu, Zee ikut-ikutan melontarkan sedikit kata sarkas kepada lelaki itu "Eh nih anak emang tuli ya."

Sedangkan, Vion terus berjalan ke depan. Membiarkan ketiga temannya di belakang, mengurusi Chika "Sorry, kenapa Chik? Vion emang anaknya begitu." ujar Zahran kali ini.

"Engga kok kak, gajadi." karena tidak enak juga dengan teman Vion yang lain, Chika mengurungkan niatnya untuk menemui Vion dan membiarkan lelaki itu pergi begitu saja. Mungkin ia harus mencobanya lagi nanti.

"Oh yaudah, kita ke kelas dulu ya." pamit Mira, Zee, dan Zahran menuju ke kelas menyusul Vion.

***

Jika tadi pagi, Chika gagal untuk mengajak Vion mengobrol. Bagaimana waktu jam istirahat. Kini dirinya sudah berada di belakang lelaki itu, mengikuti kemanapun Vion pergi. Sengaja juga saat Fiony mengajak dirinya ke kantin, Chika menolak. Ia harus cepat bertemu dengan Vion dan mengatakan sesuatu hal yang penting.

"Kak Vion, aku mau ngomong." Chika mengekori kemanapun lelaki itu pergi. Bahkan sekarang, mereka sudah berada di lapangan sekolah. Disuguhi pancaran sinar matahari yang terik, begitu menyengat kulit putih Chika. Gadis itu tidak menyerah, mengejar Vion.

Si punya nama, tak mau menoleh sedikitpun. Apa sebenci itu dirinya dengan Chika. Apa kesalahan Chika yang lalu benar-benar fatal dan tak bisa dimaafkan. Lalu kenapa, sampai saat ini Vion masih saja bersikap cuek padanya.

Panggil Chika bertubi-tubi "Kak! Kak Vion!" sampai seluruh siswa melihatnya. Ia tetap tidak peduli.

Bukannya malah menanggapi gadis dibelakangnya, Vion justru tertarik dengan benda bundar yang sedang dibawa Dhio di lapangan "Dhio! Lempar bolanya!" lelaki bermata elang itu menyusul teman basketnya untuk bermain basket di tengah lapangan bersama beberapa siswa lain. Membuat Chika semakin kewalahan. Sehingga, niatnya untuk berbicara pada Vion di urungkan lagi.

***

Malam datang, bintangpun menyambut menghiasi perlangitan semesta. Dan tampak indah, apalagi jika ditemani dengan secangkir kopi hangat. Seperti yang Vion lakukan sekarang. Tampaknya balkon atas rumah Orange menjadi spot favorit Vion untuk akhir-akhir ini. Walaupun bangunan basecamp ini hanya terdiri dari satu lantai tetapi atap basecamp tersebut di buat sebagai tempat nongkrong, jadi lumayan lah untuk sekedar duduk, ngobrol, atau menggalau.

Vion meminum secangkir kopi yang dibuatnya tadi sembari menggulirkan layar handphonenya naik turun. Ia bukan tipe cowok yang doyan dengan rokok atau vape. Bukannya dia tidak lelaki sejati, hanya saja pemikirannya tentang cowok merokok itu seperti pecundang dan tidak baik karena boros serta dapat mengganggu kesehatan. Sehingga kerjaanya hanya minum kopi dan mencari keseruan di media sosial.

Kembali pada rutinitas Vion, hari ini ia tidak ingin diganggu. Tetapi kedatangan Mira ke atas balkon justru sedikit menenangkan pikirannya untuk mengatasi keadaan saat ini. Selepas Aiko pergi, terkadang yang mengerti dengan keadaan Vion hanya Mira walaupun wanita itu sedikit terlihat memaksa.

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang