Who (?)

1.4K 194 66
                                    

Chika masih terus maju mundur kala mendengar bel sekolah berbunyi yang menandakan waktu istirahat tiba. Dirinya ingin menemui Ashel untuk mengatakan penolakannya bergabung menjadi kandidat calon ketua osis. Tetapi, niatnya terus masih diurungkan karena merasa tak enak untuk menolak wanita yang lebih tua setahun darinya itu. Akhirnya dengan penuh keyakinan, Chika memberanikan diri untuk menemui Ashel. Sebelum itu, ia sudah lebih dulu menelpon wanita tersebut. Dan berkata jika Ashel sudah berada di kantin sedari tadi. Barulah Chika menuju kesana, mencari keberadaan kakak kelasnya itu "Kak Ashel." tepuk Chika pada pundak Ashel dari belakang ketika dirinya sudah sampai di kantin.

Wanita yang memiliki senyum mempesona itu menengok, memastikan siapa orang yang baru saja menepuknya barusan "Eh iya Chik, gimana?" setelah Ashel tau, jika orang itu adalah Chika. Ia segera memisahkan diri dari gerombolan teman kelasnya dan mencari tempat duduk di kantin yang masih kosong. Semoga juga, apa yang menjadi perbincangannya dengan Chika adalah keputusan yang paling baik dari adek kelasnya itu.

Bibir Chika bergumam sendiri, tiba-tiba saja dirinya lupa bagaimana cara untuk berbicara. Keringatnya bercucuran tanpa henti. Padahal kalo dilihat-lihat, beberapa bulan lalu perdebatannya dengan sang guru fisika berjalan lancar saja. Kenapa dengan kakak kelasnya sendiri, ia tampak ragu dan malu. Ashel meraih tangan Chika, menunggu wanita itu untuk bersuara "Gausah grogi kali, Santai aja kalo sama gue." akhirnya karena Ashel sudah memberikan lampu hijau, Chika berani membuka suaranya "Aku udah mempertimbangkan sih, kayaknya aku ga bisa terima tawaran kakak."

Kedua alis Ashel saling bertautan, seakan penuh banyak pertanyaan "Boleh tau apa alesan lo, nolak tawaran gue?" baginya pemilos tahun ini adalah pemilos terberat, karena tidak banyak siswa yang ikut mencalonkan. Padahal pada tahun sebelum-sebelumnya bisa sampai 15 kandidat calon ketos yang harus diseleksi lagi baik itu laki-laki ataupun perempuan. Sedangkan, tahun ini benar-benar tak ada sama sekali yang mengajukan diri. Bahkan, Ashel dan teman-teman osis yang lain harus turun tangan menarik kandindat dari masing-masing kelas 11 yang ada. Dan semua itu benar-benar menyita waktu mereka.

Chika memberitahukan beberapa alasannya yang masuk akal dan dapat diterima dengan baik oleh Ashel "Semisal nih ya kak, kalo aku kepilih jadi ketos. Aku kayaknya ga bisa deh harus ngejalanin banyak kesibukan dan itu nyita waktu belajar banget." seperti pengalaman yang Chika lihat dari Gito. Dari dulu, lelaki itu selalu kewalahan sendiri dalam mengurus osis. Belum lagi harus pulang malam, membuat banyak rencana pensi atau acara sekolah. Ditambah adanya penetapan peraturan baru dan kedisiplinan setiap bulannya yang harus dilakukan oleh semua anggota organisasi.

Ashel mengangguk, mendengar alasan yang logis dari wanita jangkung di hadapannya "Oh oke, gue juga ngerti kok. Makasih ya, lo udah berani nolak tawaran gue. Padahal kata kak Gito, lo ga berani mau ngomongin hal ini sama gue." ternyata sebelum Chika memberitahu penolakannya pada Ashel. Wanita itu, sudah lebih dulu mendapat kabar dari Gito jika Chika sebenarnya tak berniat mengikuti osis. Gito pun juga berkata pada Ashel jika nantinya ia tidak perlu kecewa dan memaksakan setiap keputusan yang akan Chika pilih.

Pacar Gito itu lega sekaligus dibuat sedikit geram, padahal dirinya sudah menolak tawaran bantuan dari Gito. Tetapi, selalu saja lelaki itu akan melakukannya demi kenyamanan Chika "Ih dasar kak Gito nyebelin... Maaf ya kak sekali lagi, aku bener-bener ga bisa nerima tawaran kakak." tak lupa permohonan maafnya juga dia sampaikan agar tak membuat Ashel kecewa "Gapapa kok Chika. Kalo udah ga ada yang diomongin gue balik kesana lagi ya." pamit kakak kelas Chika itu, kembali pada gerombolan teman kelasnya yang lain. Karena dirasa obrolan mereka sudah berakhir.

Baru saja wanita jangkung yang sehabis berbincang dengan Ashel itu berdiri dari bangku kantin. Dirinya di kejutkan dengan kedatangan seorang perempuan lain  ber-almamater warna kuning cerah. Menyunggingkan senyuman yang agak sedikit seram "Chika." sapa perempuan tersebut. Otomatis, yang disapa juga ikut menjawab "Kak Mira?" perempuan yang tiba-tiba hadir di kantin SMA Jakarta 48 adalah Amirah Fatin. Mantan kakak kelas Chika yang kemarin sempat ia dengar kabarnya dari Zahran. Dilihat dari almamater yang perempuan itu pakai, pasti Mira sekarang sudah menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. PTN yang paling terkenal di Jakarta bahkan se-Indonesia.

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang