Not Beside You

1.3K 179 31
                                    

Penantian Vion tidak sia-sia, adek kesayangannya yang ia tunggu hingga lelah, akhirnya membuka mata. Vion tak ingin sok pahlawan, tetapi dirinya memang harus berada disisi Marsha hingga gadis itu sembuh. Kesempatan ini tak ingin dia biarkan begitu saja karena belajar dari pengalaman yang lalu, Aiko meninggal tanpa sepengatahuan Vion. Dan kini, Vion tak ingin mengulanginya pada Marsha. Jangan sampai juga, gadis kecil itu bernasib yang sama dengan Aiko.

Setelah tersadar, Marsha melihat Vion sedang tertidur pulas sambil menggengam tangan kanannya. Dia rasa, tak perlu membangunkan lelaki yang dianggap seperti kakaknya itu. Marsha mencoba meraih gelas diatas meja disamping ranjangnya namun tak sampai. Berulang kali ia lakukan, tak kunjung bisa. Kepalanya terlalu berat untuk diajak berkompromi dan tangannya terlalu lemah untuk menggapai.

Merasakan bahwa ada pergerakan kecil yang dirasakan Vion, membuat tidurnya sedikit terganggu. Ia membuka mata dan betapa senangnya melihat bahwa gadis kecil itu sudah bangun. "Kamu udah bangun? Kok ga bilang kak Vion."

Marsha ikut tersenyum, saat melihat wajah Vion begitu bahagia "Aku ga mau ganggu kak Vion, kayaknya capek banget."

Marsha benar, semalam habis dari rumah Chika. Dirinya kembali ke basecamp Orange dan tidur disana sampai pukul 5 pagi. Kemudian, pergi ke rumah sakit lagi untuk bertukar dengan Ibu Marsha yang akan berangkat kerja. Vion benar-benar lelaki tangguh, yang tak pernah membiarkan orang disekelilingnya merasa kesulitan. Segenap tenaga ia lakukan, walau harus mengorbankan sekolah.

"Kak Vion seneng ngeliat kamu udah bangun, sekarang makan ya. Biar kak Vion suapin." Vion mengambil makanan yang sudah di sediakan oleh suster. Makanan empat sehat lima sempurna.

Namun, bukannya cepat-cepat makan justru gadis yang baru siuman itu, menolak membuka mulutnya "Engga ga mau."

"Jangan gitu dong." Vion menatap Marsha dengan wajah melas, ia berusaha agar gadis dihadapannya mau menuruti perintahnya.

"Aku mau makan, tapi kak Vion kasih tau dulu aku sakit apa."

Ketakutan pertama Vion terjadi, Marsha menanyakan perihal penyakitnya. Dan itu membuat Vion takut. Ia tak ingin Marsha merasa sedih, walau cepat atau lambat gadis tersebut juga akan tau. Ibunya Marsha juga memohon pada Vion agar sebisa mungkin, menyembunyikan penyakit ini dari anaknya.

Sepertinya Vion harus mencari alasan lain, yang sedikit masuk akal "Cuma maag, kamu kurang makan sayang. Makanya, liat nih tubuh kamu kurus."

"Engga, Marsha ga percaya." apa Vion tak pandai berbohong, sampai-sampai Marsha tidak percaya akan yang dikatakan olehnya.

Sebisa mungkin, Vion terus menutupi. Tak peduli dosanya sudah sangat besar se-gunung Fuji. "Ya iya, kak Vion ga bohong kok. Kamu sakit maag doang sayang."

Marsha memalingkan pandangannya pada Vion, wajahnya ditekuk rapat dan bibirnya membentuk pelangi "Kak Vion pikir aku anak TK yang bisa dikibulin?"

"Marsha... Kak Vion serius, kamu cuma harus makan yang cukup doang kok. Terus sembuh. Ayo makan gih." Vion terus mengangkat sendoknya dan dia paksakan pada mulut Marsha. Namun, tetap saja makanan tersebut tak bergerak masuk.

"Kak... Obat segini banyaknya, ruangan VIP, terus aku udah dikasih jadwal terapi? Apa aku bodoh? Percaya gitu aja kalo kakak bilang aku sakit maag?" Marsha tadi melihat, ada kertas jadwal kemoterapi tepat disebelah gelas yang akan ia ambilnya. Lalu apakah Vion bisa membohonginya dengan mudah? Tentu saja tidak, Marsha bisa membaca bukan seperti anak TK lagi.

Vion mengelus puncak rambut gadis di hadapannya dan tersenyum getir "Iya udah diem. Kak Vion cuma pengen kamu makan sekarang. Jangan bandel ya." kali ini Vion berhasil memasukkan makanan itu pada mulut Marsha."Nah anak pinter."

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang