Misery

1.4K 187 84
                                    

Pagi-pagi Gito sudah berada dirumah Chika. Tadi malam dia berniat untuk besoknya melakukan beberapa pembelajaran mengenai ujian yang akan dilangsungkan seminggu lagi. Tapi, semua niatnya di urungkan, ia memilih untuk menemani Chika pergi ke puncak bersama dengan Shani dan Christian.

Tentu saja, Gito tak akan menolak. Apalagi melihat hubungannya dengan Chika yang mulai lama kian lebih dekat dan serius. Walaupun pada awalnya, wanita itu masih sedikit canggung. Tapi, sekarang-sekarang Chika lebih menikmati hubungan itu. Bahkan kerap kali, ia sering memeluk Gito dengan alami tanpa adanya rasa malu.

Sejak mereka berpacaran, Shani pun sudah tau. Gito lelaki yang bertanggung jawab, dia mengunjungi Shani dan meminta ijin pada wanita paruh baya tersebut. Shani pun setuju, jika memang keduanya saling mencintai, dirinya tak berniat melarang apapun pada anaknya.

Setiap weekend atau sepulang sekolah, Gito sering pergi ke rumah Chika. Entah hanya sebatas menemui pacarnya itu atau hanya mengajak adeknya si Christian bermain. Selain itu, Shani tampaknya sudah cukup dekat dengan Gito karena anak lelaki itu punya banyak cara untuk menarik perhatiannya.

Di rumah yang cukup luas ini, Gito memasuki ruang utama. Dia tampak biasa saja, seperti orang pemilik rumahnya "Tante Shani... Gito bawain cheesecake nih kesukaannya tante." menyambangi Shani dan mencium punggung tangannya. Sembari tersenyum hangat memberikan satu kotak cheesecake yang tadi dibelinya. Salah satu makanan favorit yang sangat Shani suka.

Bagi Shani, Gito adalah anak baik yang setiap kali ke rumah selalu membawakan makanan atau hal-hal lain yang dia suka. Kemudian, wanita parah baya itu mencubit pipi Gito sangat pelan "Hihhh, kamu nih tau aja, kan udah sering tante bilang ga usah repot-repot." padahal ya Shani suka-suka saja dengan apa yang Gito selalu bawa.

"Ga repot tante, lagian itu belinya di toko kue punya nenek aku juga. Jadi kalo tante mau kue atau roti-roti gitu bilang aja sama aku." Gito termasuk jejeran sepuluh anak orang kaya di sekolahnya. Meskipun, tak sekaya Mira atau Zee. Tetapi, keluarga Gito cukup terpandang. Usaha toko roti yang sudah buka dimana-mana, ayahnya orang yang punya real estate, sampai turun menurun dari kakeknya adalah pengusaha ternama. Gito tau, harta itu bukan milik dirinya. Jadi tak perlulah untuk sombong.

"Ah iya kah, wah bagus deh kalo gitu." Shani menganggguk-angguk saat mengetahui jika roti dan kue yang sering Gito bawakan itu ternyata milik usaha keluarganya sendiri. Sebenarnya, mau seberapa kaya si anak pacarnya itu, Shani tak memandang nya dengan uang. Toh, kehidupan Shani sudah sangat mewah.

Setelah, basa-basi dan memberikan kue yang Shani suka, Gito mencari keberadaan Chika disana. Namun, tak dia temui "Chika masih mandi tan?" tanyanya pada Shani. Padahal jam juga sudah menunjukkan pukul 8, janji Chika tadi malam untuk pergi ke puncak adalah jam setengah 9. Itu tandanya 30 menit lagi mereka harus berangkat. Gito itu orang yang tidak suka telat, hidupnya penuh dengan keteraturan dan disiplin. Tapi, semenjak bersama Chika, dirinya sedikit tertular untuk sering ngaret atau terlambat sekolah.

"Paling juga dandan." jawab Shani enteng. Dandan itu hal lumrah bagi wanita, apalagi di usia Chika yang masih remaja. Anak gadisnya itu lagi sibuk untuk memperbaiki diri agar terlihat cantik. Shani tak pernah melarang apapun yang akan membuat anaknya itu semakin memiliki wajah glowing. Dirinya dulu juga begitu, rela menghabiskan puluhan juta untuk produk kecantikan. Karena seperti semboyan yang ada, cantik itu mahal.

Berbeda dengan lelaki yang tidak peduli dengan penampilan. Gito memutar malas bola matanya, seperti yang pernah dilalui, Chika jika sudah dandan akan membutuhkan waktu yang sangat lama "Yaelah padahal cuma mau ke puncak, pake dandan segala." ini hanya acara liburan singkat ke puncak bukan foto untuk kelulusan sekolah atau pernikahan, untuk apa harus dandan.

"Mending daripada kamu ngomel Git, bantuin tante angkat barang-barang dulu ke mobil." Shani yang sibuk menata barang-barang nya itu meminta bantuan Gito yang sepertinya hanya akan duduk-duduk santai saja menunggu keberangkatan.

TULIP [VIKUY]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang