***
Setelah kepergian Ali yang meninggalkannya dengan perasaan terluka Meyra segera berlari menuju kamar mencari benda persegi warna putihnya kemudian segera men-dial nomor seseorang yang sangat dekat dengannya.
"Hallo Chell, kamu kasih tahu alamat apartment Ali ke siapa?" Tanpa basa-basi Meyra langsung bertanya karena memang hanya sepupunya itu lah yang tahu alamat apartment Ali selain dirinya. Dan ia juga yakin Prillia bisa mendatangi Ali semalam karena mendapat informasi dari pihak Michella.
"Tidak" jawab Michella di sebrang sana dengan suara yang terdengar keheranan.
Meyra menghela nafas lalu menjatuhkan dirinya secara kasar ke atas tempat tidur. "Come on Chell ingat baik-baik, mungkin kamu ada salah bicara dengan siapa gitu?"
"No Mey. Aku tidak salah bicara dengan siapapun. Cuma ..."
"Cuma apa?"
"Kemarin aku cerita sedikit ke Daren tentang masalahmu dengan Ali, lalu aku bilang kalau sekarang Ali sedang menenangkan diri di apartment-nya yang di Altura." Michella menjeda sejenak. "Lalu aku mengatakan nomor kamarnya saat Daren bertanya lagi. Eh wait, memangnya kenapa?"
Tubuh Meyra serasa lemas hingga tangannya terasa tak kuat walau hanya menggenggam gawai. "Chell, semalam Prillia bertemu Ali di apartment"
"What?" Di dalam kamarnya sana Michella melompat kaget dari atas sofa yang menjadi tempat nyamannya mengobrol dengan Meyra. "Itu berarti Daren yang mengatakan semuanya pada Prillia"
"And ... hiks, mereka bercinta Chell semalam. Terus tadi pagi Ali ke sini mencari Prillia, dia bahkan mengabaikanku hiks hiks" bagi Meyra sepupunya itu adalah tempat satu-satunya dan ternyaman untuknya menceritakan segala keluh kesah. Jika boleh meminta maka ia ingin dilahirkan sebagai sepasang saudara kandung dengan Michella, bukan dengan Prillia mau pun Axel.
"Setan. Tutup dulu telfonnya Mey, aku mau melabrak Daren" setelah itu Michella segera memutus sambungan telepon tanpa mendengar jawaban apapun lagi dari Meyra.
***
Tanpa membuang banyak waktu dengan meneliti setiap barang bawaannya Michella langsung bergegas menuju kediaman keluarga kekasihnya. Jika awal hari biasa seperti ini maka Daren akan berada di rumah sampai tengah hari dan akan bekerja mulai sore hingga malam hari. Karena sudah terbiasa, ia juga tak perlu harus menunggu di ruang tamu sampai pria itu menghampirinya, Michella langsung menuju kamar Daren karena ia yakin dokter itu sedang asyik bermain game.
"Daren"
"Hell what are you doing Chell?" Daren berkata dengan emosi saat kekasihnya itu masuk secara tiba-tiba dan mematikan layar televisi melalui remote yang tergeletak di atas lantai, padahal tinggal beberapa langkah lagi ia bisa memborong gelar pemenang pada permainan itu.
"Kamu, apa yang sudah kamu katakan pada Prillia hah? Kamu kan yang mengatakan alamat apartment Ali padanya?"
Daren terdiam dengan kedua tangan masih memegang stick game.
"Jawab Daren!" Merasa diuji Michella menarik paksa Daren agar berdiri sejajar dengannya. "Kamu tahu? Prillia datang menemui Ali semalam dan mereka bercinta"
"Lalu kenapa?"
Mulut Michella menganga lebar mendengar sahutan pertanyaan dari Daren yang terdengar begitu santai tanpa rasa bersalah sedikit pun. Bahkan pria itu hanya terkekeh pelan setelah membuang asal stick game ke atas karpet bulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOR NO ALTAR [Selesai]
RomantikMeyra yang akan segera menikah harus terbelenggu oleh permintaan Prillia yang ingin menikah dengan calon suaminya, Ali.