[Amor no Altar • 39]

1.3K 147 6
                                    

***

Bagi Ali, kehamilan kedua istrinya ini merupakan berkat untuk keluarga mereka juga adalah kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki diri. Dulu, ia tak bisa terus berada di samping perempuan itu untuk menjadi orang pertama yang direpotkan dengan segala permintaan ngidam. Dulu, ia tak bisa menjadi lelaki satu-satunya yang menemani perempuan itu ke dokter kandungan. Dulu, ia tak bisa berdiri di samping Prillia untuk memberikan dukungan semangat kala perempuan itu mempertaruhkan hidup untuk melahirkan anak mereka. Dan masih banyak sekali hal yang tak bisa Ali penuhi di kala dulu.

Maka sekarang, melalui kehamilan Prillia ini Ali seakan diizinkan oleh Yang Maha Kuasa untuk dapat memperbaiki semuanya. Ia berjanji dalam hati dengan penuh keseriusan bahwa dirinya akan menjadi suami dan ayah yang baik yang selalu bisa diandalkan dalam keluarga mereka. Ia ingin mencurahkan seluruh perhatiannya pada istri dan anaknya sebagai penebusan rasa bersalah yang sangat ia sadari bahwa apa yang dilakukannya kini tak menjamin sebuah keharmonisan keluarga, mengingat sang putri tetap membangun benteng kokoh di antara mereka.

Duduk di atas kursi kebesarannya di dalam ruangan kerja, Ali memperhatikan potret momen pernikahannya dengan Prillia. Saat itu Aleeza masih sangat dekat dengannya. Ia rindu putri kecilnya itu saat bermanja dan memintanya menceritakan banyak hal tentang dirinya, ia rindu suara cadel Aleeza ketika memanggil namanya dengan lembut. Sungguh, ia sangat merindu.

'Drt drt drt'

Ali menoleh pada gawainya yang terletak di atas meja, sebuah nomor baru yang menelpon menggunakan telepon kabel. Tanpa banyak berpikir, ia meraih gawai itu lantas menempelkan ke daun telinga setelah menggeser gambar warna hijau.

"Hallo?"

"Hallo good morning, Am I talking with Mr. Alexander Lewis?"

"Yes, I am"

"Mr. Lewis, I am Miley, Aleeza's teacher. Will you please come to our school right now?"

Jantung Ali langsung berdetak cepat saat mendengar permintaan guru itu. "Is there something happened with my girl?"

"We'll explain it to you clearly when you are here Mr. Lewis, we're waiting"

"I will be there in fifteen minutes Miss Miley"

'Tut'

Ali segera bergegas menuju tempat sekolah Aleeza setelah memutuskan sambungan telepon. Rasa cemas akan keadaan sang putri melanda hatinya, apa yang telah terjadi pada gadis kecilnya itu? Semoga Aleeza baik-baik saja.

***

Mobil diparkiran Ali dengan asal, tak peduli apakah kendaraan roda empat itu telah berada di barisan yang rapi atau tidak, pria berusia tiga puluh satu tahun ini melangkah dengan tergesa memasuki gedung sekolah. Saat telah berada di ruangan kepala sekolah, Ali menemukan putrinya tengah duduk dengan begitu tenang namun rambut gadisnya itu tak serapih pagi tadi.

Mendekati putrinya, Ali mengambil duduk di sebelah Aleeza. "Sayang what happened?"

"Mr. Ali, pada beberapa menit yang lalu Aleeza terlibat perkelahian dengan teman kelasnya" sang kepala sekolah yang juga bisa berbahasa Indonesia menjelaskan situasi yang telah terjadi pada Ali.

AMOR NO ALTAR [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang