[Amor no Altar • 14]

1K 104 3
                                    

***

"Maksudmu?" Dada Meyra berdegup kencang, perasaannya benar-benar campur aduk hingga membuat bulu-bulu di sekujur tangannya berdiri. Ia takut dengan situasi ini, marah dengan ungkapan Axel, serta tatapan Axel untuknya bak iblis bertanduk yang siap membunuhnya namun ia juga terkejut dengan apa yang ia dengar barusan. "Gila?"

"Hahahaha" Axel tertawa lagi dengan suara yang lebih keras, "come on Mey"

"Stay away Ax!" Meyra mendorong Axel yang berusaha memeluknya, saat tangannya hendak menyentuh gagan pintu tiba-tiba tubuhnya ditarik ke belakang dengan sangat keras dan dibanting ke atas kasur.

'Plak'

Pipi Meyra yang bebas oleh perban terkena sebuah tamparan keras dari tangan kekar Axel. Dia meringis merasakan sensasi panas yang mana tindakan itu juga membuat hatinya hancur.

'Srek'

Axel memanfaatkan kesempatan itu untuk merobek gaun ketat yang dikenakan Meyra membuat sebagian dada bagian atas gadis itu terekspos dengan jelas oleh mata keduanya.

'Plak'

Tak mau pasrah Meyra pun menampar wajah Axel dengan keras dan kembali mendorong pria itu. "Setan kamu Ax" ia lalu bangkit berdiri.

"Hahahaha" Axel menarik tangan Meyra dengan kencang kemudian dilepaskan begitu saja membuat tubuh Meyra terbanting ke tembok.

'Puk'

"Aws ..." rasa nyeri merayap di kepalanya membuat seluruh pengelihatannya lebih buram dibanding berada di bawah pengaruh minuman keras. Meyra meringis keras namun ia tetap berusaha untuk lepas dari jeratan Axel, melirik ke sisi kiri kedua tangannya langsung meraih lampu tidur yang masih menyala itu lantas memukulkannya pada kepala Axel. Ia menggunakan kesempatan saat Axel menjerit kesakitan untuk berlari keluar dari kamar, keberuntungan berpihak padanya saat pintu itu dibuka dengan mudah setelah ia memutar kunci yang masih tertancap di sana.

"Tolong ..." teriak Meyra sambil berlari turun dari tangga, mendengar jeritan Axel yang meneriaki namanya membuat kecepatan larinya semakin bertambah. Tiba di ruang tengah ia tak menemukan siapapun, ke mana semua penghuni rumah ini?

"Meyra" Axel ikut berlari turun dengan darah yang terus mengalir dari kepala sisi kirinya, saat kakinya tiba di anak tangga terakhir ia langsung berlari dengan langkah lebar menyusul Meyra yang lebih dulu berlari ke ruang tamu.

'Klek'

Secara refleks perhatian keduanya sama-sama tertuju pada asal suara dimana pintu utama rumah megah itu dibuka oleh orang. Di sana berdiri sepasang suami istri yang menjadi pemilik sah kediaman ini.

Vanya menganga lebar melihat keadaan putrinya seperti itu, sebagai seorang ibu yang telah mengandung dan membesarkan seorang putri tentu hati mana yang tak hancur?

Melihat kehadiran kedua orang tuanya yang berdiri di ambang pintu seakan turun hujan deras di padang pasir, Meyra mendapatkan pertolongan sebelum semuanya terlambat. Tanpa menutupi tubuh bagian atasnya yang sudah tak terbungkus oleh sehelai benang dari gaun yang dikenakannya, dengan cepat Meyra berlari menghampiri kedua orang tuanya dengan tangis yang semakin menjadi sejak tadi.

"Daddy, mommy" Meyra memeluk ibunya dengan tubuh gemetar, "Ax ... dia," berkali-kali ia berusaha mengatur nafas agar semua kata yang ia ucapkan bisa didengar dengan baik oleh para penolongnya ini lalu dengan mata memerah ia menatap Axel, bertepatan dengan dua bulir air mata yang jatuh ia berucap "dia mau memperkosaku"

Kedua sisi rahang Octavian mengeras bersamaan dengan buku-buku tangannya yang terkepal saat mendengar pernyataan itu dari Meyra. Tanpa mengucapkan satu titik kata ia melangkah mendekat dan memberikan sebuah pukulan telak pada wajah Axel yang membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai.

AMOR NO ALTAR [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang