[Amor no Altar • 38]

1.3K 163 8
                                    

***

Dalam beberapa hal Prillia selalu menempatkan dirinya sebagai seorang teman jika sedang membicarakan sesuatu dengan putrinya, dimana tak ada kesan intimidasi yang akan ia tunjukkan melainkan mengobrol dengan tenang dan tersenyum meski topik itu sedikit serius. Seperti halnya Sabtu pagi ini, ia akan menanyakan pada Aleeza tentang dari mana putrinya itu mengetahui cerita tentang Meyra karena menurutnya sikap tidak suka yang ditunjukkan Aleeza pada Meyra sudah sangat jelas terlihat.

Pada saat perayaan ulang tahun itu, Aleeza bersikeras tak mau meniup lilin ulang tahun dikarenakan kue perayaan itu adalah pemberian Meyra. Maka dengan berat hati kue tersebut digantikan oleh kue yang dibeli Axel meski itu harus melukai perasaan Meyra.

Prillia mengambil duduk di depan Aleeza yang sedang mewarnai di atas tempat tidur, tentunya ia tak mengajak Ali dalam kesempatan kali ini karena menurutnya Aleeza akan lebih nyaman bercerita jika hanya ada mereka berdua. "Lagi mewarnai apa sayang?"

Tersenyum kecil, Aleeza menggeser kertas yang separuhnya sudah dipenuhi warna itu pada Prillia. "Mermaid, Cici. Aku suka mewarnai di bagian ekornya"

"Coba Cici lihat apa saja yang sudah Aleeza warnai?"

Dengan semangat Aleeza mengambil sebuah buku yang ada di sebelahnya lalu dibukanya dengan pelan di depan Prillia. "Yang pertama Tinkerbell, aku suka sekali karena dia kecil dan imut, kemudian ada Mariposa, aku suka sekali menontonnya" ia membuka halaman selanjutnya, "lalu ada Pinokio juga"

"Aleeza tahu tidak tenang cerita Pinokio?"

Aleeza mengangguk dengan senyum. "Tahu Ci, awalnya dia hanya sebuah boneka kayu yang dibuat oleh seorang tukang kayu bernama Geppeto, kemudian ada Peri Biru yang memberinya kehidupan sehingga Pinokio berubah menjadi anak manusia"

"Dia yang hidungnya panjang kan?"

"Ya Cici"

"Kenapa?"

"Karena Pinokio suka berbohong, semua uang yang diberikan Geppeto padanya tidak digunakan untuk membeli buku sekolah tetapi malah membeli permen"

"Kalau begitu pesan moral yang bisa diambil dari cerita Pinokio adalah jangan suka berbohong, betul kan?" Melihat putrinya mengangguk sebagai jawaban membenarkan, Prillia melanjutkan tanya. "Kalau begitu jawab pertanyaan Cici, Aleeza tahu dari mana kalau aunty Mey itu cinta sama Ai?"

Aleeza mengedipkan mata dua kali. "Aku mendengar pembicaraan Cici dengan aunty Mey malam itu, tidak bermaksud menguping tapi itu tidak sengaja Cici"

Prillia mengangguk-anggukan kepalanya lantas memberikan senyum kecil pada Aleeza. "Cici enggak marah soal itu, tapi Aleeza harus tetap sopan yah pada aunty Mey karena aunty itu adik Cici dan papa Ax"

"Ya Cici" 

Yang diinginkan Prillia adalah ia cukup tahu dari mana Aleeza mengetahui cerita itu, tak ada yang patut disalahkan dalam hal ini. Bukan maksudnya dan Meyra untuk membongkar cerita masa lalu itu pada Aleeza, dan bukan pula niat Ali untuk memberitahukan kalimat jahat itu pada Aleeza. Semuanya terjadi tanpa direncanakan dan diduga. Untuk itu hal yang harus dilakukan adalah memperbaiki keadaan ke depan, bukan mencari kesalahan kemudian menyalahkan pihak tersebut.

***

Ali memutuskan kembali ke rumah saat ia menyadari bahwa salah satu berkas kerjanya tertinggal di ruang kerjanya di rumah. Saat hendak melangkah ke arah tangga perhatiannya teralihkan pada tubuh munggil yang meringkuk di atas sofa bed ruang keluarga. Mengurungkan niatnya menuju ruang kerjanya, ia memilih menghampiri tubuh itu yang diyakini adalah Aleeza. Dan benar, ketika tiba di depan sofa bed ia menemukan Aleeza meringkuk dengan wajah pucat.

AMOR NO ALTAR [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang