[Amor no Altar • 7]

1K 102 1
                                    

***

Dengan riang Prillia berjalan memasuki rumahnya sambil membawa belanjaan yang tak terlalu banyak di sebelah tangan kirinya, melihat keluarganya tengah duduk lengkap di ruang tamu ia abaikan dengan tetap berjalan menuju dapur untuk menyimpan belanjaannya. Belum keluar dari ruang tamu itu, suara ayahnya membuatnya membalikan badan.

"Ke sini kamu"

Diselimuti perasaan bingung, ia tetap melangkah menuruti panggilan sang ayah. Ketika sudah dekat, matanya terpaku pada seorang pria yang duduk sendiri di sofa panjang tengah menatapnya. Ia mengenal pria itu, tapi tak terlalu dekat. Hanya sekedar kenal.

"Duduk!"

Menaruh belanjaannya di sebelah sofa, ia pun mengambil duduk di salah satu single sofa yang masih kosong. Tetap diam, ia terus memperhatikan pria itu.

"Kamu mengenalnya?"

Prillia menatap ayahnya yang barusan bertanya lantas beralih pada pria itu. "Dia Daniel, temanku" ya dia ingat betul nama pria berhidung mancung ini. Beberapa kali bertemu ketika hang out membuatnya tak salah mengenal orang apalagi dirinya memang memiliki memori yang baik. "Dia juga teman Meyra" lanjutnya lagi, ia tak bohong akan hal itu karena pria itu memang beberapa kali menghadiri pesta bersama adiknya itu, satu rombongan.

"Teman sekaligus ayah dari anakmu 'kan?" Octavian menatap lekat putrinya, bahkan lelaki ini menggeleng kecil melihat ekspresi terkejut Prillia yang menatapnya bergantian dengan Daniel. "Daniel mengaku kalau malam itu dia yang bersamamu di kamar hotel, dan dia pun mengaku bahwa dia juga yang telah melakukan perbuatan nista itu"

Mulut Prillia menganga kecil, ditatapnya pria bernama Daniel itu dengan lekat. "What's wrong with you? Why do you do this?" Tidak. Prillia sama sekali tak bertanya dengan nada lirih karena telah menemukan pelaku sekaligus ayah dari bayi yang dia kandung, dia justru memberikan tatapan intimidasinya pada Daniel seakan mengatakan kalau kedatangan dan pengakuan pria itu adalah salah.

"What do you mean Prillia?" Octavian pun tak mengerti dengan maksud putrinya, sedangkan Vanya dan Meyra hanya diam menyaksikan semuanya. Kedua perempuan beda generasi itu terlalu takut untuk ikut campur karena bisa-bisa nantinya menjadi sasaran amukan Prillia.

"Dia" dengan tegas Prillia menunjuk Daniel yang belum juga mengeluarkan suara sama sekali sejak kedatangannya, "dia ngaku-ngaku sebagai ayah dari anakku, dia gila" tak sabar, akhirnya ia bangkit dan berdiri tepat di depan Daniel, meremas tangan pria itu dengan emosi. "Kenapa kamu ngaku-ngaku ha?"

"Prill I told the truth"

"Truth apa brengsek?" Dengan kasar Prillia menghempaskan tangan Daniel yang tadi diremasnya membuat pria itu sedikit meringis karena tangannya terhantam pada pinggir sisi sofa yang keras.

"Prillia hentikan!" Octavian memisahkan putrinya dari Daniel, membawa perempuan itu untuk sedikit menjauh. "Sekarang semuanya sudah jelas tentang siapa yang seharusnya bertanggung jawab pada kehamilanmu, jadi daddy sudah mengambil keputusan untuk menikahkan kalian"

Mendengar itu membuat dada Meyra berdesir bahagia, jika ucapan ayahnya benar-benar terlaksana maka sudah bisa dipastikan bahwa rencana pernikahannya dengan Ali akan berjalan mulus seperti impian awal mereka. Takkan ada lagi yang menghalangi. Namun baru semenit perasaan bahagia itu menyelimuti, jawaban lantang Prillia menghapuskan semua itu.

"Big no daddy. Sampai kapan pun aku hanya mau menikah dengan Ali, kalian tidak bisa memaksaku"

"Kenapa tidak? Ali adalah calon suami adikmu, sedangkan kamu sudah ada pria yang memang pantas untuk mempertanggung jawabkan keadaanmu sekarang. Jadi daddy rasa ini semua sudah jelas, kamu akan menikah sebelum Meyra dan Ali menikah"

AMOR NO ALTAR [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang