***
Sore ini dalam perjalanannya Prillia merasakan dilemma yang luar biasa antara kembali mengatur langkah untuk pulang atau terus melanjutkan menuju rumah sakit dimana Meyra sedang dirawat. Berkat informasi dari Michella melalui Daren ia mengetahui keberadaan adiknya yang hampir kritis karena perbuatan Axel.
Kediaman keluarga Ali sudah ia datangi namun lelaki itu tak ia temukan di sana. Saran dari Dara yang menyuruhnya ke rumah sakit karena kemungkinan besar ia akan menemukan Ali di situ lantaran Meyra yang sedang dirawat. Mengingat bagaimana kuatnya cinta kedua insan itu membuatnya yakin untuk melangkahkan kaki menuju rumah sakit dengan hati yang sebenarnya belum siap jika harus kembali dibawa pada titik kekalahan untuk mendapatkan lelaki itu.
***
Hampir seminggu ini kegundahan dan kehancuran menguasai hati dan pikiran seorang Alexander Alizan. Sosok yang begitu ia cintai selama empat tahun ini dengan tidak sengaja telah menghancurkan cinta mereka, lalu dengan teganya ia mengeluarkan sebuah kalimat yang terkandung harapan agar keturunannya lebih baik mati saja. Wajah sedih Prillia ketika mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya masih jelas berputar di benaknya, bahkan raut kesedihan itu bagaikan mimpi buruk yang selalu menganggu tidurnya. Tak sampai di situ, rasa bersalah dan sayang pada bayi mungil itu juga kian selalu menariknya dari konsentrasinya akan apapun. Ali seakan tak diberi kesempatan oleh bayi itu untuk memikirkan hal lain selain bayi itu dan Prillia.
Julian ― ayahnya, bahkan masih mengirimkannya pesan untuk mengikuti apa kata Sanubari. Agar keputusan yang akan ia ambil takkan disesalinya seumur hidup. Ayahnya juga berpesan bahwa ia tidak bisa menggenggam keduanya sekaligus. Ia harus berbesar hati untuk melepaskan salah satu agar mampu dengan erat menggenggam salah satu yang lain. Ali merasa dilemma untuk itu, mana yang harus ia lepaskan? Apa ia harus melepas cinta empat tahunnya agar bisa menggenggam anaknya dan Prillia? Atau melepaskan anaknya dan Prillia agar bisa terus melanjutkan rencana bahagianya dengan Meyra untuk menikah?
Ali tertawa miris. Rencana bahagia ― menikah, itu terdengar indah baginya dulu namun sekarang rasanya berat walau hanya untuk mengucapkan kata itu.
Laju kendaraannya yang memelan dan berhenti, Ali menepikan mobilnya di pinggir jalan lalu menatap pada rosario yang selalu tergantung di kaca spion dalam mobil. "Tuntun hamba Tuhan"
'Ting'
Ali meraih gawainya dan membuka sebuah pesan yang baru saja masuk lewat salah satu aplikasi pesan singkat yang penggunanya kian meningkat. Isi pesan itu cukup panjang.
Axel
'Ali, aku yakin kamu sudah tahu tentang semuanya. Hanya satu pesanku, jika kamu bertemu dengan Prillia tolong jangan menerimanya hanya karena kamu kasihan. Ingat Ali, pernikahan hanya sekali seumur hidup, aku tidak mau kalian tersiksa dengan janji yang akan kalian ucapkan di hadapan Tuhan karena rasa terpaksa harus bersatu sebab Aleeza. Menikah atau tidaknya kamu dengan Prillia kamu adalah ayah Aleeza, sampai kapan pun akan tetap kamu. Hidup lah dengan orang yang kamu cintai, bukan kasihani.'
Sekali lagi Ali tertawa miris. Menertawakan ketidatahuannya selama ini yang begitu polos bermain dalam drama. Meyra, Prillia, Axel dan ayahnya tahu tentang fakta itu atau mungkin semuanya tahu dan hanya dirinya yang begitu bodoh sendirian? Menghela nafas dan berusaha mengatur perasaannya, Ali kembali menghidupkan mesin mobil. Ia tahu apa yang akan ia lakukan sekarang, keputusan yang muncul beberapa menit lalu dalam benaknya menjadi sebuah tindakan yang mendapat keyakinan penuhnya.
Ali berjalan santai menyusuri lorong rumah sakit, ia tak ingin memperlambat ataupun mempercepat langkah untuk sampai tujuan. Sebuah bucket bunga Mawar merah di tangan membuatnya mengukir senyum kecil bahwa keputusannya kali ini adalah benar. Ia memang tak pernah dihadapkan pada situasi sulit seperti ini sebelumnya namun ia juga yakin bahwa ini takkan salah dan takkan menimbulkan rasa penyesalan di akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOR NO ALTAR [Selesai]
Roman d'amourMeyra yang akan segera menikah harus terbelenggu oleh permintaan Prillia yang ingin menikah dengan calon suaminya, Ali.