***
Aktivitas pagi layaknya rumah tangga pada umumnya dialami oleh keluarga kecil yang dua minggu lalu baru menempati rumah mereka. Rumah yang menjadi bukti dari Ali dan Prillia pada putri mereka bahwa perpisahan mereka dulu karena Ali tengah membangun rumah impian mereka.
Mereka bertiga pagi ini telah siap dengan seragam masing-masing dimana Ali dan Prillia dengan setelan kantor serta Aleeza yang telah tampil manis dengan seragam sekolah dasarnya. Keinginan Prillia untuk tetap melanjutkan statusnya sebagai salah satu staff di hotel berbintang itu pun mendapat persetujuan oleh suaminya, Ali sama sekali tak merasa keberatan dan di satu sisi ia juga tidak mau menjadi suami yang memberi batasan pada kegiatan positif istrinya.
Usai menyantap sarapan, mobil yang dikemudikan Ali mengantar mereka terlebih dahulu pada sekolah yang menjadi tempat bagi Aleeza untuk menimba ilmu.Prillia tersenyum bahagia melihat bagaimana kedekatan yang terjalin antara anak dan suaminya. Aleeza begitu semangat menanggapi setiap pesan yang Ali sampaikan.
'Ting'
Meraih gawai, Prillia segera membuka pesan yang dikirimkan dari sang kakak ipar.
Norá
'Prill, nanti saat jam makan siang aku ingin kita bertemu di restoran dekat tempat kerjamu. Ada yang ingin aku bicarakan'
'Jangan, biar aku saja yang ke rumah, kasihan Nio kalau dibawa keluar siang-siang'
'Tidak apa-apa, aku sudah minta tolong mama untuk menjaganya sebentar. Sampai ketemu nanti'
'Oke'
***
Adalah hal lumrah jika setiap tempat makan dipenuhi oleh raga manusia saat waktu makan siang. Tiap kursi pengunjung dalam restoran bernuansa modern ini dipenuhi oleh orang-orang yang mengenakan setelan kerja lantaran tempat ini berlokasi di sekitaran area perkantoran.
Tahu akan hal itu Norá datang lebih awal guna mendapatkan tempat duduk untuknya dan Prillia, tak sampai tiga puluh menit menunggu akhirnya terlihat sosok ibu dari Aleeza itu mendorong pintu masuk dengan tangan kanan memegang gawai. Ia tersenyum saat salah satu adik iparnya itu langsung menghampirinya tanpa bingung harus memutar pandang ke sudut ruangan terlebih dahulu.
"Kau dan Ali tidak ada janji makan siang kan?" Tanya Norá memastikan, takut kalau ajakannya ini telah mengganggu waktu kebersamaan sang pengantin baru meski tadi saat ditelepon ia sudah mendengar jawaban dari Prillia.
"Tidak Nor, Ali menjemput Aleeza lalu langsung ke rumah mertuaku" Prillia menjatuhkan bokong di kursi depan Norá, "sudah pesan? Aku sangat lapar"
"Spaghetti saus Pesto dan ice lemon tea"
Mata Prillia berbinar mendengar jawaban kakaknya. "Thank you for remember, sis"
Norá terkekeh, jelas dia masih ingat betul makanan yang menjadi favorit adik iparnya itu. Prillia sangat menyukai saus pasta khas kota Genoa, Italia yang terbuat dari daun basil, kacang pinus, keju parmesan dan garam yang dicampur dengan minyak zaitun lalu di-blend itu.
"Mau bicara apa? Sepertinya sesuatu yang lumayan ... sensitif?" Sudah mengenal Norá selama beberapa tahun membuat Prillia dengan tanpa rasa canggung menanyakan perihal apapun pada kakak iparnya ini. Ia juga sudah merasa penasaran sejak pagi tadi menerima pesan dari Norá.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOR NO ALTAR [Selesai]
RomanceMeyra yang akan segera menikah harus terbelenggu oleh permintaan Prillia yang ingin menikah dengan calon suaminya, Ali.