[Amor no Altar • 32]

1.5K 154 8
                                    

***

"Huaa" uapan untuk yang ke sekian kalinya keluar dari mulut Ali yang sejak satu jam yang lalu hanya duduk berdiam diri di dalam mobil. Lalu lelaki ini menghela nafas panjang dengan harapan agar orang yang sejak tadi ia tunggu segera keluar dari bangunan mewah itu. Jika tak mengingat larangan dari orang itu untuk tak menunggu di dalam rumah maka sudah dipastikan sejak tadi ia sudah menerobos masuk ke dalam. Melihat salah satu assistant rumah tangga keluar dari dalam rumah Ali segera menurunkan kaca jendela mobil dan memanggil.

"Ora"

Yang dipanggil pun nampak sedikit kaget saat melihat sosok yang dikenalnya hanya berdiam diri di luar rumah. Dengan langkah yang sengaja dipercepat Ora menghampiri Ali yang mengeluarkan kepala dari dalam mobil. "Mr. Ali? Kenapa tidak masuk?"

"Saya mau menjemput Nona Prillia, dan saya diminta untuk hanya menunggu di luar rumah"

Kening Ora sedikit berkerut mendengar kalimat jawaban dari Ali. "Menjemput Nona Prillia? Tapi Nona Prillia sudah berangkat dari tadi"

"Apa?" Tentu Ali sangat kaget mendengar apa yang dikatakan Ora. "Kamu tidak bercanda kan? Saya sudah menunggu di sini dari satu jam yang lalu" jawaban yang kembali didengarnya dari Ora membuat tubuhnya lemas seketika. Bagaimana mungkin Prillia pergi tanpa menunggunya? Padahal sejak dua hari yang lalu ia sudah sangat memohon agar bisa menjemput dan mengantarkan wanita itu ke manapun tujuannya. Itu berarti selama satu jam yang telah berlalu itu ia menunggu sesuatu yang kosong. Ah, kasihan sekali kau Ali.

Tak patah semangat Ali kembali mengarahkan roda empat mobilnya menuju salah satu perusahaan ternama di kota kediaman mereka dimana Prillia sedang melakukan sesi wawancara di sana. Meski ia telah menawarkan perusahaannya untuk menjadi tempat mengais rezeki bagi Prillia namun dengan tegas wanita itu menolak dengan alasan yang sama sekali tak ditutup-tutupi yaitu tak ingin berdekatan dengannya.

Ia segera memberhentikan mobilnya di lobby saat melihat Prillia berdiri di sana. Menurunkan kaca mobil ia memanggil. "Prill, ayo"

"Jemputan online-ku lima belas menit lagi sampai"

"Masih lima belas menit, aku sekarang di depanmu. Ayo mama Aleeza" lalu ia tersenyum puas saat Prillia berjalan menghampiri mobilnya meski dengan wajah yang sedikit kesal.

Tujuh menit pertama mereka habiskan dalam keheningan dimana Ali yang terus menoleh ke arah Prillia yang tengah sibuk membatalkan orderan jemputan online yang tadi dipesan. Melihat sesi pembatalan telah selesai Ali mulai berbicara.

"Kenapa tadi tidak menungguku?"

Sebelum menjawab Prillia menghela nafas terlebih dahulu. "Aku wawancara pada pukul delapan pagi. Kau pada pukul tujuh lewat dua puluh limat menit belum sampai di depan rumah, jadi aku tidak menunggumu"

Ali menganga. "Aku hanya telat lima menit Prill"

"Lima menit sangat berarti bagiku, apalagi aku baru di tahap wawancara. Aku bisa saja tidak lolos duluan karena terlambat hari ini"

"Andai kau tidak lolos karena aku yang telat menjemputmu maka aku yang akan berbicara langsung dengan pemilik perusahaan itu untuk meloloskanmu"

"Aku tahu kalau CEO itu temanmu tapi ini hidupku, aku tidak butuh campur tanganmu Ali"

Kalimat Prillia yang diantar dengan nada sinis mampu membuat Ali terdiam, belum lagi wajah wanita itu yang terlihat kesal semakin membuat suasana yang menyelimuti mereka semakin canggung. Ah tidak Ali, kau tidak boleh menyerah hanya karena satu baris kalimat yang baru saja kau dengar, Ali menyemangati dirinya dalam hati.

Mereka sama-sama tahu bahwa jalur yang dipilih Ali untuk ditempuh adalah sengaja untuk memperlambat kepulangan mereka ke rumah. Namun Prillia memilih memendam rasa kesalnya dengan hanya berdiam diri, ia enggan membalas satu pun ajakan obrolan Ali.

AMOR NO ALTAR [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang