***
Suasana kediaman keluarga Abraham terlihat sedang tidak baik-baik saja setelah salah satu anggota keluarga menyampaikan berita yang sangat mengejutkan mereka semua. Terdiam dengan pikiran masing-masing namun dengan arah yang sama, ini sudah lewat batas dan entah akan sampai di mana ketidakstabilan itu.
Octavian mengusap kasar wajahnya, ia kira dengan hanya mendiamkan maka semua akan baik dengan sendirinya namun ternyata ia salah. "Kamu yakin Mey?"
Meyra yang ditanya oleh ayahnya mengangguk dengan sedih. "Om Hendra sendiri yang bilang dad setelah menghirup bau jarum suntik itu"
Rasanya semakin dibuat frustasi dengan semua keadaan sekarang ini, Octavian bangkit dan berjalan mondar-mandir sebagai reaksi atas ketidak sangkaan dan rasa bingungnya tentang bagaimana menghadapi putrinya, Prillia.
Di tengah kegundahan yang dirasakan, sosok Prillia dengan santai bejalan masuk sambil mengelus perut buncitnya. Perempuan itu menatap heran keluarganya yang menampilkan ekspresi yang tak bisa ditebak. Dahinya berkerut bingung ketika semua orang menatapnya tanpa mengucapkan apapun.
"What's wrong?" Ia berjalan mendekat ke arah sofa dimana keluarganya berkumpul duduk, sebelah tangannya masih setia mengelus perutnya seakan ingin menunjukkan bahwa ia sangat menyayangi bayi dalam kandungannya.
'Plak'
Semuanya terpelonjat kaget tak terkecuali Prillia yang mendapat tamparan panas itu dari tangan sang ayah, tangan kananya memegang bekas tamparan itu dengan mata berkaca-kaca dan memerah.
Di ambang pintu sana, Ali berdiri mematung lantaran ikut menyaksikan tamparan keras Octavian pada putri lelaki itu.
Meyra yang melihat kehadiran calon suaminya berjalan menghampiri Ali dengan menyuruh untuk diam dulu ketika pria itu hendak bertanya.
"Are you drunk or get some syndrome?" Suara Prillia terdengar lirih di telinga semuanya, perempuan ini tetap memegang perut buncitnya.
"Ternyata semua kelakuan dan permintaan tidak wajar kamu adalah karena pengaruh benda itu? Benda yang menghancurkan diri kamu dan calon anak kamu"
"Benda yang menghancurkan?" Prillia membeo, tak mengerti dengan apa yang dimaksud.
"Ini"
Dan sekarang, mulut Prillia terbuka lebar ketika Octavian mengangkat benda itu di hadapannya, ekspresinya langsung berubah. "How did you get it? Give it back to me!" dia berusaha meraih benda itu dari tangan ayahnya, namun karena kondisi yang sedang hamil serta postur tubuh yang mungil membuat usahanya tak berhasil.
"Never. I'll never give it back to you" Octavian berucap tegas tepat di depan wajah Prillia, membuat ekspresi perempuan itu menjadi semakin nyalang sejak semenit yang lalu.
"Fine. You can have it if you want, but tell me how did you get it?!" Prillia berteriak di akhir kalimatnya yang berupa pertanyaan, membuat Vanya semakin takut akan emosi putrinya yang sangat dengan cepat berubah-ubah. Merasa pertanyaannya tak mendapat jawaban, ia melangkah cepat ke arah vas bunga dan mendorong benda keramik itu hingga jatuh pecah dan menciptakan suara yang nyaring. "Answer me!"
Melihat kakaknya yang semakin menggila, dengan jantung yang berdetak secara cepat Meyra membuka mulutnya. "Me"
Dan tentu saja itu membuat semua orang menoleh ke arahnya terlebih Prillia yang memang sudah menantikan jawaban semacam ini dari tadi.
Mengabaikan pecahan keramik di bawah kakinya, Prillia berjalan melewati beling itu dengan tatapan fokus ke Meyra. Sampai di hadapan adiknya itu Prillia tersenyum kecil dan mengangkat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOR NO ALTAR [Selesai]
Roman d'amourMeyra yang akan segera menikah harus terbelenggu oleh permintaan Prillia yang ingin menikah dengan calon suaminya, Ali.