Kami kembali ke LA keesokan paginya menggunakan Delta Airlines dari Bandar Udara Internasional Benito Juarez. Penerbangan selama empat jam jauh lebih menyenangkan bagiku dibanding menaiki bis selama hampir dua hari!
Begitu tahu aku sudah di apartemen, Alexa langsung datang.
"Hei...bagaimana kabar petualanganmu di Mexico?", godanya.
Aku tertawa.
"Hebat", sahutku singkat.
"Ah, aku tak mau mendengar jawaban singkat. Bagaimana Brian?", cecarnya lagi.
"Dia baik"
"Cuma itu?", Alexa histeris. Aku tertawa.
"Brina, kamu fans yang punya kesempatan dekat dengan Brian. Apakah cuma itu yang bisa kamu ceritakan?"
Pipiku memanas.
"Oh...Alex sayang, aku tak tahu harus menceritakan apa. Aku memang sangat menyukai suaranya tapi tak ada hal istimewa yang terjadi diantara kami. Aku hanya mengerjakan semua yang bos minta dan semua sudah dijalankan. Selesai", pungkasku.
"Tapi bukankah Brian sangat tampan?", dia tak putus asa.
"Iya. Dia tampan, ceria, punya senyum manis di wajah kekanakannya yang mampu membuat perempuan tergila-gila", ujarku kesal sambil mencubiti pinggang Alexa.
Alexa tertawa keras dan menghindari seranganku dengan mudah karena tubuh tingginya "Apakah kamu salah satunya?"
Kami tertawa panjang sebelum mengakhiri perang cubitan itu dan bersepakat memesan pizza dan cola. Alexa langsung pulang ketika makanan habis.
Aku membaringkan tubuh di sofa. Membiarkan televisi menyala. Tanganku mencari remote control dan memindah salurannya. Satu satu. Tak ada yang menarik sampai kemudian salah satu televisi musik menayangkan lagu lawas Brian.
I'll be good for you.
Aku diam mendengarkan suara merdunya. Terlintas cerita Alexa tentang temannya sebelum menjadi selebriti. Siswa pandai di sekolah. Lulusan Ivy League. Diterima bekerja di perusahaan ternama. Lalu pindah haluan tiba-tiba!
Bip. Lampu notifikasi gawaiku menyala. Aku meraihnya. Brian. Dia mengirim foto kami di depan Palacio de bellas Artes.
Thanks. Aku membalasnya.
Tapi kemudian kulihat lagi foto itu dan terkejut sendiri. Pipi kami terlihat menempel. Padahal aku yakin posisinya tak sedekat itu!
Deg deg deg.
*****
Begitu melihatku masuk kantor, Mark langsung memberi setumpuk pekerjaan.
"Daftar pekerjaanmu minggu ini sudah kukirim ke email. Tolong segera dikerjakan terutama yang terkait dengan promosi album Brian", ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Brina Meet Brian
FanfictionBagaimana perasaanmu saat bertemu sosok yang sudah lama dikagumi? Brina, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Amerika itu tiba-tiba bertemu Brian, salah satu penyanyi Korea-Amerika yang sedang naik daun. Kesempatan datang padanya. Bukan hanya u...