Aku benar-benar mengakhiri kontak dengan orang-orang dekat Brian. Aku bahkan pindah ke asrama kampus tanpa memberi tahu Alexa. Dan itu sempat membuatnya murka.
Tapi saat kukatakan, "Aku perlu suasana baru untuk mengurangi luka", Alexa dengan murah hati memaafkan semuanya.
Aku menenggelamkan diri dalam tugas akhirku tanpa jeda. Bagiku itulah jalan keluar untuk mengatasi rasa kehilangan yang mendera.
Di masa awal, aku masih sering membuka file lama. Foto dan video Brian membuatku tergoda berlama-lama melihatnya. Kadang aku tertawa. Kadang pula menangis dibuatnya. Lagi dan lagi. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menyimpannya dalam laci meja.
Kenric menjadi satu-satunya yang sulit kuhindari karena kami berada di kampus yang sama. Tapi dia tampaknya juga tak ingin mencampuri urusan diantara aku dan saudaranya.
Semua aman terkendali sampai akhirnya aku wisuda. Dan artinya, waktu kepulanganku semakin dekat saja.
*****
"Kamu jadi pulang awal bulan depan?", tanya Ali
"Iya..."
Hubungan kami masih sama. Aku tak bisa menolak tapi juga belum mampu menerima Ali sepenuhnya.
"Aku akan menunggumu, Brin...", ujarnya.
Aku tersenyum. Dalam hati merasa beruntung karena laki-laki sebaik Ali menyukaiku. Tapi bagaimanapun, hatiku masih porak poranda. Aku mungkin berusaha terlihat baik-baik saja. Tapi aku jelas butuh jeda untuk menyembuhkan luka.
*****
Hari kepulanganku tiba. Alexa yang sedang hamil tua memaksa ingin mengantarku ke bandara. Tapi aku menolaknya.
"Aku akan menangis kalau melihatmu di Bandara, Alex", ujarku.
Aku tak bohong. Mungkin aku akan menangis keras karena kecil kesempatanku bisa bertemu lagi dengannya jika sudah pulang ke Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Brina Meet Brian
FanfictionBagaimana perasaanmu saat bertemu sosok yang sudah lama dikagumi? Brina, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Amerika itu tiba-tiba bertemu Brian, salah satu penyanyi Korea-Amerika yang sedang naik daun. Kesempatan datang padanya. Bukan hanya u...