Dari Milan, kami menghabiskan waktu tiga hari di Madrid, dan masing-masing dua hari di Praha-Ceko, Warsawa-Polandia, Berlin dan Cologne-German; sebelum akhirnya sampai di Brussels-Belgia.
Rencananya kami akan berada di Brussels selama tiga hari . Hari pertama, jadwal Brian seperti biasa hanya berurusan dengan media. Hari kedua akan ada pemotretan dengan salah satu majalah mode dilanjutkan pertunjukkan musik pada malam harinya. Dan hari ketiga, kami akan istirahat sambil menunggu penerbangan ke Paris, Prancis.
"Sudah tidur?", mataku terasa buram saat membaca pesan Brian tengah malam itu. Sejak bergabung dalam kru tur Brian, aku tak pernah lagi mematikan ponsel sebagaimana kebiasaanku. Bahkan saat tidur karena tugasku menuntut kesiapsiagaan hampir dua puluh empat jam.
"Kamu memerlukan sesuatu?", balasku sambil menghela nafas.
Dia tak membalas namun langsung melakukan video call. Aku berdecak kesal namun tetap meraih kerudung instan mungil yang sengaja kutaruh di dekat ranjang. Kebiasaan baru yang kubangun karena Brian selalu menghubungiku tengah malam atau subuh. Aku mengangkat panggilannya setelah memakai kerudung di atas piyama lengan panjangku dan memastikan tak ada aurat yang tersingkap.
"Aku tak bisa tidur...", keluhnya seperti biasa.
"Bukankah sudah kukatakan jangan minum kopi tadi?", suara serakku menyahuti kesal.
Wajahnya tersenyum cerah. "Aku senang kamu memarahiku..."
Dalam keadaan normal aku akan berdebar tak karuan mendengarnya menggodaku begitu. Tapi ini sudah tengah malam. Aku lelah dan mengantuk berat setelah perjalanan lintas negara selama empat jam dari Cologne,German ke Brussels, Belgia, menggunakan sleeper bus.
David sepertinya menyewa sleeper bus yang dikhususkan bagi perjalanan kru yang dilengkapi fasilitas cukup mewah. Satu bis terdiri dari sepuluh tempat tidur, dimana empat di antaranya memiliki ukuran ekstra besar, TV satelite layar datar, kamar mandi, dapur yang dilengkapi mesin pembuat kopi, hingga musik dengan sound spektakuler. Konon, banyak band terkenal seperti Kiss dan U2, telah menggunakan jasa sleeper bus yang kami sewa ini untuk melakukan tur konser di Eropa. Masalahnya, semewah apapun sleeper bus itu, aku tetap saja punya sejarah buruk dengan perjalanan darat. Tubuhku jelas perlu istirahat.
Aku menarik nafas panjang. "Karena kamu senang, bisakah kita tidur sekarang?", tawarku.
Dia menggeleng. "Bernyanyilah untukku"
"Putar saja playlist musik pengantar tidur di ponselmu", aku menolak.
"Aku ingin mendengar suaramu", dia bersikeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Brina Meet Brian
FanfictionBagaimana perasaanmu saat bertemu sosok yang sudah lama dikagumi? Brina, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Amerika itu tiba-tiba bertemu Brian, salah satu penyanyi Korea-Amerika yang sedang naik daun. Kesempatan datang padanya. Bukan hanya u...