Manusia itu diciptakan Allah SWT dengan seperangkat potensi berupa kebutuhan jasmani, kebutuhan naluri dan akal. Karakter kebutuhan jasmani, berasal dari tubuh manusia itu sendiri dan ketika tak dipenuhi maka akan menimbulkan bahaya bagi hidup manusia. Tidak minum, tidak makan, tidak tidur misalnya.
Sementara naluri berbeda. Kemunculannya berasal dari rangsangan yang diterima manusia sehingga walaupun tak dipenuhi, takkan membahayakan manusia. Meski tentunya, dia akan menderita luar biasa karenanya. Naluri beragama, naluri mempertahankan diri dan naluri melestarikan jenis.
Naluri melestarikan jenis yang melekat pada diri manusia misalnya, akan dimanifestasikan dalam rasa suka atau cinta. Jadi, jatuh cinta itu fitrah. Yang menjadi masalah, bagaimana kita memenuhi rasa cinta itu? Apakah dengan pacaran yang diharamkan? Atau melalui jalan yang Allah SWT perintahkan yaitu pernikahan? Jadi jika memang belum siap dengan komitmen, jangan ambil jalan yang dibenci-Nya.
Akal, yang menjadi potensi lain yang diberikan Allah SWT itu, menjadi pembeda manusia dengan hewan. Dengan akal, kita bisa berpikir kemudian menentukan pilihan terbaik sehingga selamat di dunia dan akhirat.
Kalimat Teh Nana selalu membekas di kepalaku. Pembicaraan kami tentang ini terjadi ketika aku baru memasuki SMA. Saat-saat berat dimana aku mengalami krisis masa remaja akibat cinta monyet. Itulah sebabnya, meski jatuh cinta, aku selalu memilih tidak pacaran.
Tapi jatuh cinta kali ini, bagiku berbeda! Mungkin karena aku menyukai Brian sejak lama. Atau mungkin juga karena usiaku yang semakin dewasa.
Air mataku luruh sendiri memikirkan kekonyolan jatuh cinta pada Idol. Aku merasa seperti menabrak dinding batu. Tak ada jalan keluar. Tak ada harapan. Tak ada masa depan. Aku tahu itu.
Sejak awal pun aku ingin mengakhiri sendiri perasaan ini. Tapi logika akal seringkali tak sejalan dengan perasaan. Meski tak ingin memberi izin untuk merasakan semua kesedihan, kemarahan, kesepian dan rasa bersalah, tapi semua perasaan itu terus muncul berganti-ganti. Membuatku tenggelam dalam air mata. Juga dihinggapi insomnia!
Teh Nana, benar. Cinta tak sampai itu memang menyakitkan. Membuat menderita. Tapi Teh Nana, lagi-lagi benar. Aku takkan mati hanya karena patah hati, kecuali jika aku memutuskan menyakiti diri sendiri. Valid!!
*****
"Neng, anaknya teman Papah mau kenalan. Boleh?", Mamah bertanya.
Aku menggigit bibir mendengarnya. Anak teman Papah yang manakah itu? Selama ini mereka tak pernah mendesakku agar segera menemukan pendamping dan menikah. Tapi seperti kata pepatah, semua akan ada masanya. Dan saat itu pun tiba!
Tapi kenapa harus pada saat aku sedang parah-parahnya patah hati??
"Kan aku belum bisa pulang, Mah", mencoba jurus menghindar.
"Eh, orangnya juga ada di Amerika ya Pah?", Mamah mencari contekan jawaban.
Papah muncul di depan layar. "Iya, Neng. Anaknya lagi kuliah di Boston"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Brina Meet Brian
FanfictionBagaimana perasaanmu saat bertemu sosok yang sudah lama dikagumi? Brina, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Amerika itu tiba-tiba bertemu Brian, salah satu penyanyi Korea-Amerika yang sedang naik daun. Kesempatan datang padanya. Bukan hanya u...