Tamu Dadakan

87 3 0
                                    

Pernikahan Alexa dan David dijadwalkan pada akhir mei, pertengahan musim semi ini. Karena itu, David memberiku beberapa tugas tambahan. Aku tak keberatan. Karena, pertama, pekerjaan itu menghasilkan uang. Dan kedua, aku ingin melarikan diri sejenak dari sisa teror musim dinginku.

Brian mencoba menghubungiku beberapa kali. Aku mengabaikannya. Aku ingin menghindarinya sebisa mungkin agar cepat melipat rapi perasaanku padanya.

Dan Alexa, yang biasanya provokatif maksimal jika menyangkut hubunganku dengan Brian, tak terlalu banyak aksi lagi karena disibukkan rencana pernikahannya. Lagipula David pasti menceritakan sesi pembicaraan kami tentang skandal cinta Brian. Dan aku senang dengan ketenangan di awal musim semi itu.

*****

Pemandangan UCLA di musim semi selalu membuatku takjub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan UCLA di musim semi selalu membuatku takjub. Aku suka menikmatinya sendirian di bawah pohon yang bersusun di samping gedung perpustakaan. Sejak minggu lalu, daunnya mulai berwarna hijau terang. Tanganku senang membelai gundukan rumput di dekat kakiku yang kembali berkilau bak karpet beludru hijau mewah. Sementara agak jauh disamping, batang bunga berwarna-warni yang masih kuncup melambai pelan tertiup angin musim semi.

 Sementara agak jauh disamping, batang bunga berwarna-warni yang masih kuncup melambai pelan tertiup angin musim semi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alexa juga paling suka berbaring disini. Pertama kali kami bicara panjang lebar bukan di kelas, tapi justru disini. Kami sama-sama menyukai tempat itu. Pohon, rumput, bunga, angin sepoi-sepoi. Paduan sempurna untuk mengerjakan tugas, membaca buku atau sekedar duduk menikmati pemandangannya.

Tiba-tiba kusadari, empat musim sudah berlalu. Dan ini akan jadi musim semi keduaku di LA. Wow, time flies!

Notifikasi ponselku menyala. Mataku meliriknya. Namun aku segera membaliknya. Lebih memilih mengabaikan saja apapun yang masuk disana. Sesi konsultasi dengan Prof. Lewis tadi membuat kepalaku terasa berat. Membayangkan revisi yang diinginkannya membuatku menghela nafas berkali-kali. Jadi aku tak ingin diganggu!

Hembusan angin menggelitik wajahku. Ujung pashminaku bergoyang. Aku menutup mataku dan menghirup udara dalam-dalam. Aroma musim semi masuk ke rongga paru-paruku.

"Brina...", seseorang memanggilku. Peter, salah satu teman sekelasku.

"Hai, Pete..."

"Ada yang mencarimu...", ujarnya kemudian.

When Brina Meet BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang