Reasons Why

104 3 0
                                    

"Buat apa dia menyukaiku?", suaraku seolah mencicit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buat apa dia menyukaiku?", suaraku seolah mencicit.

Ngeri sendiri membayangkan kemungkinan yang satu ini. Bagaimana aku akan mengatasi hati dari godaan sebesar ini?

"Oh, Brina. Masalah itu harus kamu tanyakan sendiri pada Brian"

"Buat apa, Alex? Aku suka keadaan kami yang sekarang...", aku masih keras kepala.

Alexa tertawa. "Brina, ayolah. Kamu cuma sedang menghindari kondisi beratnya menjalin hubungan dengan laki-laki seperti Brian", ujarnya. "Lagipula jika ingin menolaknya, katakan dengan jelas. Tapi setidaknya, beri Brian kesempatan bicara. Jangan terus menghindarinya. Kalian dua manusia dewasa. Selesaikan semua dengan bijaksana!"

Skak mat!

*****

"Mari bicarakan itu saja. Apa yang membuatmu melarikan diri darinya?", todong Alexa lagi.

Aku menggigit bibir. Aneh saja jika aku membicarakan dilema di kepalaku pada Alexa. Bukannya aku tak percaya dengannya. Hanya saja, nilai dan pandangan hidup kami berbeda.

"Apakah menurutmu menakutkan jika bersama seseorang yang berbeda denganmu?", Alexa memancingku.

"Mungkin!", aku mengakui itu. "Bagaimana denganmu dan David?", aku bertanya balik. Selama ini aku tak pernah mempertanyakan bagaimana seorang Alexa yang Amerika dan David yang Korea-Amerika bisa saling menerima. Baik pada Alexa maupun David. Karena dalam pikiranku, perbedaan ras bukan persoalan krusial. Ada yang lebih penting dari itu!

"Aku tak pernah ada masalah dengan perbedaan kami. Sejak kecil keluargaku terbiasa bergaul dengan orang-orang kulit berwarna. Kami menghormati mereka sama seperti orang kulit putih lainnya", ia menjelaskan dengan santai. "Tapi David dan Brian memang kadang bercerita bahwa mereka kadang mengalami beberapa hal tak menyenangkan karena masalah ini", Alexa memperhalus keterangannya.

"Apakah di negaramu tak banyak yang seperti itu?", tanya Alexa.

"Hmmm...di tempatku juga sangat beragam, Alex. Tak semua orang di negaraku tampak sepertiku", ujarku.

Aku lalu menjelaskan bahwa Indonesia itu negara kepulauan yang sangat besar. Penduduknya beragam. Ada yang memiliki kulit berwarna hitam, rambut keriting tapi dengan tubuh berukuran sedang seperti orang-orang di Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur, meski aku tak tahu pasti sebutan rasnya. Kemudian ada juga yang mirip Negroid namun konon bentuk bibirnya lebih tebal sebagaimana orang-orang di daerah Papua, Pulau Aru dan Pulai Kai. Dan sisanya Mongoloid, yang nantinya terbagi menjadi Ras Proto dan Deutro Melayu. Proto Melayu terdiri dari orang Batak, Toraja dan Dayak. Sedangkan Deutro Melayu terdiri dari Suku Bugis, Madura, Jawa dan Bali. Jadi sebenarnya keberagamanan itu ada. Dan akulturasi pun banyak ditemui.

"Kupikir negaramu seperti Jepang atau Korea yang homogen", Alexa baru mengetahuinya.

Aku menggeleng. "Kami sudah terbiasa dengan perbedaan dan saling menghormati perbedaan itu"

When Brina Meet BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang