Fatamorgana

45 3 0
                                    

"Brian sangat menyukaimu, Brin. Tolong beri dia kesempatan, setidaknya sampai tur ini berakhir. Please??", kali ini sisi lemah David yang muncul. Dia berulang kali mengatakan, tak mendukung hubunganku dan Brian karena kerumitan diantara kami. Tapi pada akhirnya, dia hanya kakak yang mencintai adiknya. Permohonannya membuatku gemetar.

"Aku tak punya niat sama sekali memulai hubungan dengan adikmu, Dave", aku menolak.

"Aku tahu. Tapi setidaknya, bisakah kamu tak menolaknya dengan keras?", suaranya terdengar putus asa. "Hanya sampai kalian kembali ke LA, Brin. Please?"

Permohonan David itu membuatku gamang. Aku paling tahu isi hatiku sendiri. Berada di dekatnya saja, seolah mengaktifkan setting survival mode dalam sebuah games peperangan. Aku harus selalu siaga. Salah sedikit, bisa berujung membahayakan iman bahkan kehormatan. Oleh karena itulah, menghindarinya menjadi satu-satunya cara bagiku untuk menyelamatkan diri.

Tapi aku juga tak bisa mengabaikannya begitu saja. Peristiwa itu, memunculkan sebuah kesadaran baru. Meski ingin selalu menolak kenyataan, namun faktanya, aku mencintai laki-laki bermata bulan sabit itu. Rasa cintaku, mungkin lebih besar daripada yang kukira.

*****

"Kamu takut aku takkan bangun lagi?", mata Brian memandangiku lekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu takut aku takkan bangun lagi?", mata Brian memandangiku lekat.

Ya. Hatiku langsung merapal doa agar Allah SWT berkenan menyelamatkannya.

"Maaf, sudah membuatmu khawatir...", mata bulan sabit itu memandangiku lekat.

Tangannya meraih jemariku. Dalam keadaan normal, aku akan menepisnya. Tapi hari itu, aku membiarkannya saja. Aku meyakinkan diri bahwa aku hanya ingin memastikannya baik-baik saja. Lain kali, aku takkan mengulanginya!

*****

"Bisakah kamu ganti beberapa lagu yang membuatmu tak terlalu lelah menari?", aku bersikeras menginginkan dia tak terlalu menguras tenaga seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisakah kamu ganti beberapa lagu yang membuatmu tak terlalu lelah menari?", aku bersikeras menginginkan dia tak terlalu menguras tenaga seperti biasa.

Brian tertawa. Dia mendekatiku. "Hei, lihatlah. Aku baik-baik saja. Dokter juga bilang jantungku tidak ada masalah kan?", kali ini dia memegang bahuku.

When Brina Meet BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang