"Kamu bahkan tak sadar aku mengikutimu"
Aku melirik wajah Brian. Ia terlihat kecewa lagi dengan kenyataan itu.
"Dan kamu selalu mengabaikan dan tak pernah memberiku tanggapan...", untuk kesekian kalinya, ia menyuarakan kekecewaan karena pertanyaannya di pernikahan Alexa dan David yang belum kujawab. Juga pernyataannya kemarin.
"Apa yang ingin kamu dengar?", suaraku parau.
"Let's be honest about our feelings..."
Aku menggigit bibirku. Sepertinya akan sulit menghindari pembicaraan ini.
"Oke. Jadi kenapa kamu harus merasa bersalah saat bersama orang lain?", pertanyaanku itu memacu degup jantungku sendiri.
"Kamu tahu alasannya, Brin...", suara Brian terdengar putus asa.
Aku menggigit bibirku keras-keras. Jadi kesimpulannya, dia benar-benar punya perasaan spesial untukku? Oh, aku makin benci kemana arah pembicaraan ini akan berakhir!
"Aku bahkan punya banyak pikiran baru karenamu", ujarnya lagi. "Aku tak tahu kenapa kamu sangat menyukai ide tentang pernikahan di usia muda. Tapi karena itu aku pun ikut penasaran. Laki-laki seperti apa yang kamu inginkan? Pernikahan seperti apa yang kamu impikan? Hidup seperti apa yang kamu harapkan?"
Tubuhku terasa menciut mendengar penuturannya. "Kenapa kamu harus penasaran hal-hal tak penting seperti itu?", suaraku parau.
"Kamu menjadi penting bagiku selama lima musim terakhir ini...", mata bulan sabit itu menatapku.
"Brian...", suaraku mulai bergetar. "Akan lebih baik jika kita bersama seseorang yang berasal dari dunia yang sama"
Aku sudah sering menolak laki-laki. Biasanya rasa tak nyaman akan lebih mendominasi terutama jika dia berada di lingkar dekat pergaulanku. Aku tak bisa menyingkirkan rasa bersalah karena melukai perasaan mereka. Karena itu aku berusaha memilih kata paling baik yang bisa kupikirkan.
Tapi penolakanku pada Brian berbeda! Setiap kata yang kuucapkan, hatiku sendirilah yang merasakan sakitnya. Karena itulah, aku tak ingin membicarakan ini secara terbuka dengannya.
"Tidakkah kamu menyukaiku?"
Ya, tentu. Semua orang tahu perasaanku ini. Termasuk Brian!
"Ya", aku mengakui. "Tapi aku tak punya harapan apa-apa padamu", tegasku.
Dia terlihat kecewa. "Jadi kamu tak pernah berpikir menikahiku?", dia menebak sendiri jawaban dari pertanyaan yang diajukannya di pernikahan David dan Alexa.
Hatiku seperti dipecut! Bukannya aku tak pernah punya pikiran itu. Dia mungkin tak tahu karena aku tak pernah memberitahunya bahwa ia telah menimbulkan euforia di hatiku bahkan jauh sebelum kami bertemu. Tapi pikiran itu sama sekali tak berguna!
KAMU SEDANG MEMBACA
When Brina Meet Brian
FanficBagaimana perasaanmu saat bertemu sosok yang sudah lama dikagumi? Brina, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Amerika itu tiba-tiba bertemu Brian, salah satu penyanyi Korea-Amerika yang sedang naik daun. Kesempatan datang padanya. Bukan hanya u...