[10]

1.5K 66 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Nasha menggeliat pelan di atas ranjang miliknya sebelum akhirnya meraba ponsel yang biasanya ada di sekitar ranjang. Merasa tidak menemukan ponsel, Nasha memaksa kedua matanya untuk terbuka. Dia melihat ke kanan dan kiri mencari ponsel miliknya. Kemudian ia tersadar akan sesuatu.

Kenapa gue ada di sini?

Nasha jelas tau ini adalah kamar miliknya. Dia menurunkan pandangannya ke bawah. Nasha menatap baju yang masih sama seperti yang kemarin dia pakai. Bukannya kemarin dia ada di dalam mobil Gibran. Lalu kenapa tiba-tiba dia sudah ada di atas ranjangnya.

Nasha melihat jam yang ada di atas lemari susun kecil di sebelah ranjang. Sudah pagi, seperti dugaannya. Nasha bangkit dari atas ranjang. Dia mengambil tote bag yang ada di atas bantal lantai dekat cermin full body di dalam kamar. Tangan kanannya terulur masuk ke dalam tote bag. Dia tersenyum saat menemukan ponsel miliknya yang ada di sana.

Setelah mengecek beberapa pesan di ponsel, Nasha memutuskan untuk keluar dari kamar. Dia berjalan santai menuju meja makan. Kerongkongannya sangat haus setelah hibernasi yang panjang tadi malam.

“pagi Ma” sapa Nasha pada Gita yang sedang mempersiapkan sarapan untuk mereka.

Gita geleng-geleng kepala melihat keadaan Nasha. Rambut berantakan, wajah bantal sehabis bangun tidur, dan juga baju yang dikenakannya terlihat semrawut.

“mukanya dicuci dulu Sha, jorok banget sih. Bentar lagi kamu mau jadi istri orang loh, Sha”

Nasha menatap Gita penuh minat. “Nasha udah nolak lamaran dia Ma, bahkan berkali-kali”

“kenapa kamu nolak? Menurut Mama Gibran anak yang baik, santun, tutur katanya juga sopan sekali. Dia juga anaknya Wira dan Lia. Jadi enggak perlu diraguin lagi kepribadian yang dimiliki Gibran. Pasti akan sama persis kayak Wira dan Lia yang sangat baik. Oh ya, Mama lihat Gibran kayaknya sayang banget sama kamu tadi malam. Dia gendong kamu sampai kamar, bahkan nyium dahi kamu loh, penuh cinta” ujar Gita terkekeh.

Nasha mendekati Gita dengan cepat. “Jadi dia yang bawa Nasha ke kamar? Terus dia cium Nasha, Ma? Ih dasar nyebelin. Seenaknya aja dia main cium-cium Nasha kayak gitu, di depan Mama lagi. Enggak tau malu emang itu Om-Om”

Gita memasukkan nasi goreng yang ada di dalam kuali ke dalam sebuah mangkuk besar di sebelahnya. Lalu meletakkan mangkuk itu di atas meja makan yang diikuti oleh Nasha dari belakang sambil membawa dua mangkuk lauk lainnya.

Gita menatap Nasha intens. Digenggamnya kedua tangan anak kesayangannya itu. “kamu tau, cara Gibran natap kamu kelihatan banget kalau dia mencintai kamu. Menyayangi kamu sepenuh hati dia. Mama enggak tau kalian bisa kenal bagaimana, tapi yang pasti Mama bisa ngerasain Gibran adalah pria yang tepat untuk jadi suami kamu”

“Nasha belum mau menikah Ma. Nasha belum siap. Ya walaupun Gibran bilang setelah nikah Nasha masih bisa kuliah, main dan ngelakuin apapun yang Nasha suka, tapi Nasha rasa ini terlalu cepat. Mama mengerti kan maksud Nasha?” cicit Nasha.

Gita mengelus rambut Nasha penuh kelembutan. “Mama mengerti. Mama sama Papa juga enggak akan maksa kamu untuk nerima lamaran Gibran. Karena mau gimana pun yang menjalani pernikahan ini nanti kamu sendiri. Mama akan nerima apapun keputusan kamu. Mama cuma mau kamu bahagia di hidup kamu sendiri”

Nasha tersenyum. “makasih Ma. Tapi kenapa Mama kelihatannya suka banget sama dia? Maksud Nasha, Mama bahkan enggak kenal deket sama dia. Kenapa Mama bisa yakin kalau dia itu calon yang tepat buat Nasha?”

“Mama suka banget sama Gibran. Apalagi sama kepribadian Gibran yang hangat. Kamu enggak perlu bingung, cukup rasakan di sini..” ujar Gita memegang bagian dada Nasha. “Dia akan membawa kamu ke jalan yang tepat. Biarin dia yang memilih”

Setelah mengatakan itu Gita mengelus kepala Nasha sekali lagi. “ya udah, mikirinnya nanti aja. Sekarang kita sarapan dulu. Kamu tolong panggilin Papa ya di teras”

🌻🌻🌻

Next [11]

Diagonal HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang