[12]

1.2K 53 2
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻


Nasha menyeruput minuman berwarna coklat miliknya. Saat ini dia tengah berada di dalam kamar Melati. Dia berencana untuk menginap di rumah Melati, seperti yang biasa ia lakukan. Nasha dan Melati memang sering menginap bersama. Entah itu di rumah Nasha ataupun di rumah Melati, seperti sekarang.

“lo ada masalah apa? Sini cerita sama gue” ujar Melati.

Nasha menatap Melati tidak percaya. Bagaimana Melati tau kalau dia ingin bercerita padahal Nasha belum mengatakan niatnya itu.

“udah deh, enggak usah sok kaget. Lagian lo daritadi enggak bisa duduk diem, bikin gue enggak konsentrasi nontonin Oppa-Oppa gue” omel Melati sambil menunjuk laptop miliknya yang ada di atas meja.

Nasha hanya bisa nyengir kuda mendengar penuturan Melati. Melati itu selalu tau jika Nasha menyembunyikan sesuatu darinya. Dia seperti punya ilmu sihir.

“gue dilamar seseorang beberapa hari yang lalu” ujar Nasha pelan.

“WHAT? SIAPA? SIAPA ORANGNYA?” teriak Melati histeris.

Nasha spontan membekap mulut Melati kencang. Berusaha meredam suara Melati yang gemanya seperti toa masjid. “enggak usah teriak bego. Nanti Om sama Tante bisa denger”

Melati menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu menurunkan tangan Nasha dari mulutnya. “Sorry. Jadi cowok bego mana yang mau menjadikan seorang Nasha sebagai istrinya?”

Nasha memejamkan kedua matanya kesal. Bibirnya menggulung dalam menandakan betapa kesalnya dia mendengar pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Melati.

“lo tau orangnya”

“dih, lo aja belum ngasih tau. Gimana gue bisa tau coba. Duh Sha, lama-lama otak lo makin ngecil deh kayaknya. Cukup melon lo aja yang kecil, tapi otak lo jangan deh, Sha. Kasihan gue” ujar Melati dengan wajah prihatin yang dibuat-buat.

Tangan kanan Nasha spontan menoyor kening Melati setelah mendengar cemoohannya. Nasha menyandarkan badannya di sandaran sofa. Kedua matanya menerawang jauh mengingat wajah Gibran. Orang yang sudah beberapa hari ini memenuhi pikirannya. Melihat wajah Nasha yang dilanda kekalutan membuat Melati bertanya-tanya. Sebenarnya siapa pria yang sudah berhasil bikin Nasha dilema seperti sekarang ini.

“lo inget narasumber seminar jurusan bulan kemarin?” tanya Nasha.

Melati mengangguk cepat. “Ingetlah. Masa iya gue melupakan Pak Gibran yang gantengnya enggak bisa dinegosisasi. Serbuk berlian dia itu weih”

Melati terdiam beberapa saat. Lalu kedua matanya spontan membesar ketika satu hal melintas di kepalanya. “Wait, jangan bilang yang lamar lo itu dia? Pak Gibran? Gibran Sabian? Sumpah demi apa?”

Nasha menulikan telinga mendengar teriakan membahana milik Melati. Sepertinya dulu saat pembagian suara, Melati dengan serakahnya mengambil milik orang lain. Hingga suaranya bisa menjadi sebesar itu.

“Iya, dia yang lamar gue”

Melati menepuk dahinya tidak sadar. Bagaimana bisa Nasha dilamar oleh seorang pengusaha muda seperti Gibran. Ini bukan sembarang Gibran. Tapi Gibran Sabian. Mimpi apa Nasha semalam bisa dilamar seperti ini.

“tapi.. gue nolak lamaran dia. Gue belum mau nikah Mel, gue masih muda. Baru juga dua puluh satu. Gue bahkan belum ada niat buat nikah dalam beberapa tahun ke depan. Lo tau kan, gue enggak pengen nikah muda. Masih banyak hal yang mau gue capai” jelas Nasha akhirnya.

Melati menghembuskan napasnya bingung. Dia tentu bisa memahami apa yang menjadi alasan Nasha menolak lamaran Gibran. Terlepas dari latar belakang calon suaminya yang luar biasa, psikis Nasha belum bisa menerima itu semua. Dia belum merasa siap untuk menjadi seorang istri. Lagipula Melati juga tau jikalau Nasha masih memiliki banyak mimpi yang ingin diraihnya. Dan tentu saja, menikah muda tidak ada dalam list hidupnya.

Nasha kemudian mulai bercerita mengenai hari pertama dia bertemu dengan Gibran saat pria itu datang ke rumahnya bersama kedua orang tuanya. Lalu pertemuan mereka saat makan malam di restoran mewah. Nasha menceritakan semua kejadian itu secara detail. Termasuk perasaan takut yang dimilikinya saat ini.

Melati memeluk Nasha erat. Mencoba untuk memberi kekuatan pada Nasha. Masalah lamaran ini mungkin hal yang mudah bagi sebagian orang karena mereka bisa menerima dengan mudah lamaran dari Gibran. Tapi tidak dengan Nasha. Ini adalah masa yang sulit. Dia harus memikirkan hal ini baik-baik. Sebab hal ini akan mempengaruhi masa depannya.

“gue tau lo lagi bingung banget sekarang. Tapi gue rasa Gibran enggak seburuk itu. Gue lihat dia juga berwibawa banget. Gue yakin dia bisa jagain lo, Sha. Tapi kalau lo belum siap nikah, it's okay. Lo juga berhak nolak dia. Karena ini menyangkut masa depan lo. Gue akan dukung apapun yang jadi keputusan lo”

Nasha mengangguk pelan. “thanks ya Mel

“tapi kalau lo nikah sama Pak Gibran, lo bakal jadi Nyonya Sabian dong. Aduh duh, lo bikin iri cewek-cewek satu Indonesia. Pak Gibran kayaknya lagi sakit mata deh Sha. Bisa-bisanya dia lebih milih lo yang modelan triplek gini daripada model-model seksi di luar sana” hina Melati santai yang langsung dihadiahi toyoran di dahinya oleh Nasha untuk yang kedua kali.

“gue serius, njir. Kalau dia lebih milih lo, itu artinya ada sesuatu di dalam diri lo yang bikin dia tertarik. Yang pasti bukan body lo, karena itu enggak mungkin. Om Dodi sama Tante Gita juga setuju kan kalau lo nikah sama Pak Gibran, itu artinya Pak Gibran emang orang yang tepat. Enggak mungkin kedua orang tua lo milih calon menantu yang salah” lanjut Melati.

“apalagi dari cerita lo pas di restoran kemaren, Pak Gibran kayaknya sangat banget sama lo. Dia bahkan nahan egonya sendiri untuk nunda punya anak. Lo tau kan, itu hal yang sensitif buat cowok-cowok. Dia mau lo jadi istrinya bukan karena hal itu doang. Dia bener-bener cinta sama lo. Dia mau jagain lo. Dia mau hidup bareng sama lo di sisa umurnya. Dan, enggak gampang nemuin pria yang kayak Pak Gibran. Lo beruntung Sha”

Nasha mengangguk. Benar apa yang dikatakan Melati. Dia beruntung bisa dilamar oleh seorang Gibran Sabian. Belum lagi semua perkataan dan perilaku manis yang diberikan Gibran padanya. Orang-orang terdekatnya pun menyetujui dia untuk menikahi Gibran.

Tapi bagaimana dengan diri Nasha sendiri. Apa dia memang menginginkan pernikahan ini. Apa dia sanggup menyandang gelar istri di usia yang begitu muda. Apa dia sanggup bertahan dalam lingkungan pernikahan. Nasha tidak tau. Ia masih terlalu bingung akan semua hal ini. Nasha butuh waktu lagi. Dia harus memantapkan hatinya sendiri sebelum menentukan pilihan.

Tolak

Atau

Terima

🌻🌻🌻


Next [13]

Diagonal HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang