[45]

873 26 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________


🌻🌻🌻


Nasha berjalan dengan lemah memasuki rumah megah miliknya dan Gibran. Pandangannya kosong. Raut wajahnya sangat berantakan. Nasha masih belum menerima fakta mengejutkan dari dokter yang beberapa saat lalu memeriksanya.

Nasha hamil.

Semua kejadian aneh yang terjadi pada dirinya ternyata bawaan dari janin. Mual-mual yang dialaminya selama ini juga bagian dari gejala kehamilan di trimester pertama.

Nasha memasuki kamar diikuti dengan Gibran. Pria itu tentu senang karena tau sebentar lagi dia akan menjadi ayah. Namun melihat kondisi Nasha yang seperti ini membuat Gibran menjadi merasa sangat bersalah. Harusnya dia tidak meminta haknya pada Nasha saat itu. Harusnya dia bisa menahan diri lebih lama lagi. Bodohnya dia tidak memakai pengaman saat itu dan tidak pula menyuruh Nasha untuk meminum obat penunda kehamilan.

“Sha”

Nasha memutarkan tubuhnya agar menghadap sempurna pada Gibran. Kedua matanya menatap penuh amarah pada Gibran. “ini semua karena kamu Mas! Aku..aku enggak mau hamil. Aku enggak mau anak ini Mas. Aku mau gugurin dia Mas! Aku enggak mau hamil”

Melihat Nasha yang mulai meracau tidak jelas membuat Gibran merengkuh Nasha ke dalam pelukannya. Air mata yang sedari tadi Nasha tahan akhirnya luruh juga. Emosi dan tekanan batin yang sedari tadi Nasha tahan akhir mencuat juga ke permukaan. Raungan penuh emosi yang keluar dari bibir mungil Nasha membuat dada Gibran bergemuruh. Hatinya seolah tercabik-cabik. Nasha benar-benar terpukul dengan kenyataan yang baru saja diterimanya beberapa saat yang lalu.

“maafkan saya. Harusnya saya bisa menahan diri”

Nasha menangis sesegukan di dada bidang Gibran. “aku belum mau jadi ibu Mas. Aku enggak siap. Aku enggak mau anak ini Mas”

Gibran mengelus kepala Nasha berusaha menenangkan istri kecilnya itu. Lalu dia menggendong Nasha seperti anak kecil saat merasa Nasha sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri. Gibran menepuk-nepuk punggung Nasha pelan. Membiarkan Nasha menangis sepuasnya di ceruk leher miliknya. Nasha butuh menangis untuk menenangkan dirinya. Persis seperti waktu itu.

Maafkan saya membuat kamu menangis lagi , batin Gibran.

Gibran mendudukkan dirinya di sisi ranjang masih sambil menggendong Nasha. Dia terus berusaha untuk menenangkan Nasha. Berkali-kali dia mengecup puncak kepala Nasha lembut. Berkali-kali juga dia menggumamkan kata maaf di dalam hatinya. Gibran benar-benar merasa bersalah.

Gibran melirik Nasha yang sudah jauh lebih tenang. Napasnya sudah terdengar beraturan. Nasha tertidur. Gibran menidurkan Nasha di atas ranjang. Lalu ikut berbaring di sebelah Nasha. Dia merengkuh Nasha masuk ke dalam pelukannya. Membiarkan Nasha merasakan kehangatan tubuh miliknya.

🌻🌻🌻


Next [46]

Diagonal HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang