______________________________________
HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________
🌻🌻🌻
“bapak parkir aja di sini dulu ya Pak”Pak Hasan mengangguk sekali mengiyakan perintah Nasha. “Baik Nyonya”
Setelah lelah memberikan penolakan atas pemanggilan Nyonya pada semua pekerja di rumah, kini Nasha hanya bisa menerima saja. Dia lelah jika harus membenarkan panggilan itu setiap waktu.
Nasha melangkahkan kakinya memasuki lobby perusahaan Gibran. Kedua matanya melirik meja resepsionis yang berada di tengah lobby. Nasha tersenyum miring saat melihat dua orang wanita muda yang dulu pernah menjadi musuhnya. Nasha melangkah perlahan menghampiri meja resepsionis.
“selamat pagi Bu, ada yang bisa saya bantu?” sapa wanita muda itu sopan.
“Mas Gibran ada di kantor?” tanya Nasha tanpa basa-basi.
Wanita muda itu mengangguk. “Pak Gibran ada di ruangannya Bu. Apa saya perlu memberitahu sekretaris Pak Gibran kalau Ibu datang?”
“tidak perlu. Saya langsung ke atas saja. Terimakasih, saya permisi” kata Nasha sopan.
Nasha melangkahkan kakinya memasuki lift untuk karyawan. Dia berdiri di sudut belakang lift. Di depannya ada tiga orang wanita muda dengan setelan khas kantor. Sebuah tanda pengenal tergantung di leher mereka masing-masing.
“eh tau enggak sih, kemarin Pia cerita, katanya dia lagi ngedeketin Pak Gibran” bisik salah seorang wanita berambut coklat.
“hah? Seriusan. Tapi ya kata anak-anak Pak Gibran itu udah punya istri. Di jarinya ada cincin nikah” balas wanita berambut pendek.
“kalau Pak Gibran udah nikah, pasti kita tau dong. Mana mungkin Pak Gibran nikah, tapi istrinya enggak dipublikasiin. Harusnya kan berita Pak Gibran nikah jadi trending topic di kalangan jomblo kayak kita gini” tambah wanita berambut gelombang.
“atau ya, Pak Gibran itu nikah karena dijodohin. Terus Pak Gibran enggak suka tuh sama istrinya, jadi dia enggak mau mempublikasikan pernikahan mereka ke orang luar. Mungkin dia malu, bisa jadi istrinya itu jelek” sindir wanita berambut pendek.
“ah, tapi kalau aku masih enggak percaya Pak Gibran udah nikah. Orang keliatannya masih jomblo-able begitu kok. Hot banget lagi” bisik wanita berambut pendek.
Wanita berambut coklat memperlihatkan layar ponselnya pada dua orang wanita di sebelahnya. Di layar terpampang deretan pesan singkat antara dirinya dan Pia.
“Wah parah sih Pia. Beneran usaha mulu. Semangat banget dia ngedeketin Pak Gibran. Tapi emang takdir ngedukung dia terus deh kayaknya. Sekali seminggu dia pasti ke ruangan Pak Gibran buat nganter laporan, kayak hari ini” seru wanita berambut coklat.
Kedua tangan Nasha mengepal kuat mendengar pembicaraan ketiga wanita muda di depannya ini. Ingin rasanya Nasha menjambak rambut mereka satu per satu. Berani-beraninya mereka menjelek-jelekkan dirinya meski secara tidak langsung.
Ketiga wanita itu keluar dari dalam lift saat lift berhenti di lantai yang mereka inginkan. Nasha menghentakkan kakinya kesal. Dia melihat layar kecil penunjuk lantai yang ada di atas pintu lift. Entah kenapa lift terasa sangat lama bergerak menurutnya.
Nasha keluar dari lift. Dia melangkahkan kakinya cepat menuju ruang kerja Gibran. Kalau benar apa yang ketiga wanita muda itu tadi, bisa jadi ada wanita penggoda bernama Pia itu di dalam ruang kerja Gibran sekarang.
Kedua sekretaris Gibran terkejut dengan kedatangan mendadak Nasha. Belum lagi wajah merah Nasha yang menahan amarah. Nasha mengangkat tangannya ke udara saat salah seorang sekretaris Gibran ingin mengatakan sesuatu padanya.
Nasha berdiri di depan pintu ruang kerja Gibran. Dia membuka pintu itu perlahan. Dari situ Nasha bisa melihat Gibran tengah berduaan bersama dengan seorang pegawai wanita. Nasha memerhatikan wanita itu dari atas ke bawah lalu tersenyum miring. Wanita itu memang memiliki body yang bagus. Mirip gitar spanyol yang selalu diidam-idamkan semua pria.
Nasha menggeram tertahan saat wanita itu dengan sengajanya menundukkan sedikit badannya ke arah Gibran. Dia menggerakkan badannya sensual. Mencoba untuk menggoda Gibran. Sial. Nasha tidak bisa melihat wajah Gibran karena terhalang tubuh wanita itu.
Nasha melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Gibran saat merasa wanita itu sudah bertindak melebihi batas. Persetan dengan tata krama. Nasha mendekati wanita itu lalu menjambak rambutnya sekuat yang ia bisa. Wanita itu berteriak kesakitan saat merasa rambutnya seolah akan tercabut dari kulit kepalanya.
“AKH!!”
Nasha melihat tanda pengenal perusahaan yang menggantung di leher wanita itu. Benar saja. Dia wanita penggoda yang bernama Pia. Sesuai dengan nama yang tiga orang pegawai di lift tadi sebutkan.
“Nasha!” seru Gibran menghentikan aksi brutal Nasha.
Nasha menjambak rambut wanita itu lebih keras. Lalu membanting tubuhnya ke sembarang arah. Nasha menampar wajah wanita itu sekuat tenaga, membuatnya terhuyung jatuh terduduk di lantai. Nasha memandang wajah wanita itu penuh amarah. Jari telunjuknya ia arahkan ke depan wajah wanita itu.
“DENGAR YA BITCH, SEKALI LAGI LO BERANI NGEGODA DIA, GUE AKAN PASTIKAN LO LENYAP DARI MUKA BUMI INI! INGAT ITU!”
Nasha menoleh pada Gibran yang berdiri dari duduknya. Dia menatap Gibran penuh kebencian. “dan kamu Mas! Aku enggak nyangka kamu bisa kayak ini. Aku benci kamu Mas”
Setelah meluapkan emosinya yang menggebu-gebu, Nasha berjalan cepat keluar dari ruang kerja Gibran. Dia memasuki lift dengan cepat agar Gibran tidak bisa mengejarnya. Di dalam lift Nasha menelfon Pak Hasan dan menyuruhnya untuk menjemput di lobby perusahaan.
Lift berdenting. Membuat Nasha berjalan tergesa menuju mobil yang biasanya dikendarai Pak Hasan yang sudah terparkir sempurna di depan pintu kantor. Nasha masuk ke dalam mobil dan menyuruh Pak Hasan untuk segera pergi dari kawasan perusahaan.
Pupus sudah rencana makan malam Nasha bersama Gibran. Tadinya dia ingin memberikan kejutan kepada Gibran. Dia ingin mengajak suaminya itu untuk makan malam bersama. Tapi karena insiden hari ini membuat Nasha harus menelan bulat-bulat niat makan malamnya bersama Gibran.
🌻🌻🌻
Next [37]
KAMU SEDANG MEMBACA
Diagonal Hati
Romance▪︎▪︎ POSSESSIVE SERIES [5] ▪︎▪︎ ================================== Gibran tidak menyangka, kehadiran dirinya sebagai narasumber sebuah seminar akan membuatnya bertemu dengan Nasha. Parahnya Gibran langsung jatuh hati saat itu juga pada Nasha. Nasha...