[48]

2K 47 1
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________


🌻🌻🌻


Gibran menggenggam erat tangan Nasha yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Betapa hancur hati Gibran saat mengetahui anak di dalam kandungan Nasha gagal untuk bertahan hidup. Nasha mengalami keguguran. Dokter bilang Nasha keguguran karena stres yang berkepanjangan.

Gibran tentu merasa sangat bersalah pada Nasha. Juga pada buah hati mereka yang kini tinggal kenangan. Gibran tidak menyangka Nasha masih kepikiran dengan kabar kehamilannya ini. Gibran pikir Nasha sudah menerima itu semua.

Jari telunjuk Nasha bergerak perlahan. Membuat Gibran otomatis mendongakkan kepala menatap wajah cantik Nasha. Gibran bisa melihat kedua kelopak mata Nasha bergerak pelan. Nasha mencoba sekuat tenaga untuk membuka kelopak matanya yang terasa berat sekali untuk dibuka.

Pandangan pertama yang Nasha lihat adalah langit-langit berwarna putih di dalam kamar inapnya. Nasha menggerakkan kepalanya ke kanan saat merasakan tangan kanannya digenggam seseorang.

“Mas”

Gibran tersenyum. Dia membantu Nasha yang ingin duduk. “apa ada yang sakit?”

“perut aku sakit” lirih Nasha. Kemudian dia teringat akan kandungannya. “anak kita Mas, anak kita gimana?”

Gibran mengelus kepala Nasha pelan. “dia sudah kembali ke pemilik aslinya”

Tanpa permisi air mata jatuh begitu saja dari mata kiri Nasha. Dia tentu tau maksud perkataan Gibran. Dia keguguran. Anaknya sudah meninggal. Ternyata rasa sakit yang Nasha rasakan tadi adalah tanda bahwa kandungannya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Rasa bersalah menjalar perlahan ke seluruh reljng hati Nasha. Betapa tidak becusnya dia menjadi seorang ibu. Dia bahkan tidak bisa menjaga calon anaknya sendiri.

“Maaf. Maafin aku Mas. Aku udah bunuh anak aku sendiri. Aku pembunuh Mas” racau Nasha.

Gibran memeluk Nasha erat. Dia menggeleng kuat. “kamu bukan pembunuh Nasha. Ini sudah takdir yang digariskan Tuhan untuk kita. Tuhan tau, kita sama-sama belum siap untuk menjaga ciptaan-Nya. Dia memilih untuk mengambil kembali anak kita”

“maafin aku Mas. Maafin aku” ujar Nasha sesenggukan.

Gibran menangkup kedua pipi Nasha. Dia menghapus air mata yang membasahi pipi istrinya itu. Gibran menatap kedua mata Nasha dalam. Menyalurkan perasaan hangat untu Nasha melalui tatapan mata.

“kamu enggak perlu minta maaf. Saya yang harusnya minta maaf. Saya tidak tau kamu menjadi stres karena kehamilan ini. Maafkan saya. Harusnya saya bisa menjadi suami yang lebih peka lagi” ujar Gibran penuh penyesalan.

Nasha menggeleng cepat. “Enggak Mas, kamu enggak salah. Aku yang salah Mas”

“kalau begitu kita sama-sama salah. Ternyata Tuhan benar, kita belum siap untuk menjadi orang tua. Ternyata umur bukan menjadi faktor utama dalam kesiapan diri untuk menjadi orangtua. Saya yang sudah tua saja ternyata masih dirasa belum siap oleh Tuhan, apalagi kamu yang baru menginjak usia dewasa”

Mendengar perkataan Gibran membuat Nasha terkekeh. “kamu baru sadar kalau kamu udah tua Mas? Kemana aja kamu selama ini Mas?”

“kamu bilang saya sudah tua?” tanya Gibran.

Nasha menggeleng. “kan tadi kamu sendiri yang bilang kalau kamu udah tua”

“saya enggam ada bilang seperti itu” kilah Gibran.

Nasha mencubit pelan perut Gibran. “jago banget ya kamu bohongnya, dasar Pak tua”

“tapi Pak tua ini kan yang bikin jantung kamu berdebar kencang setiap hari. Saya tau kamu sudah jatuh terlalu jauh mencintai saya. Seperti saya yang semakin jatuh cinta begitu dalam setiap harinya sama kamu”

“kamu benar Mas. Aku udah jatuh cinta sama Pak tua ini sampai aku dengan gilanya nerima lamaran dia” Nasha terkekeh.

Gibran mencubit hidung Nasha gemas. “saya mencintai kamu, Nasha”

Nasha tersenyum lebar. “aku juga mencintai kamu, Mas Gibran”

Tuhan memang selalu punya rencana tersendiri dalam kisah hidup setiap manusia. Tidak ada satu manusia pun yang bisa menebak hal itu. Mereka hanya bisa menerimanya.

Jika tidak suka, mau tidak mau mereka harus tetap menjalani kisah itu. Akhir kisahnya akan tergantung lada diri mereka sendiri.

Apakah ingin bertahan atau memilih untuk mundur.

SELESAI

Diagonal HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang