[31]

869 36 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________


🌻🌻🌻


Nasha mengetuk pintu ruang kerja Gibran pelan lalu masuk ke dalamnya sambil membawa secangkir kopi untuk Gibran. Nasha meletakkan cangkir kopi itu di atas meja Gibran. Dia menganggukkan kepala saat Gibran mengucapkan terimakasih padanya.

Nasha mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang kerja Gibran. Dia mengambil ponsel miliknya yang ada di atas meja. Kemudian membuka akun media sosialnya.

Gibran memerhatikan Nasha yang duduk bersantai pada sofa di depannya. Dia menatap Nasha bingung. Biasanya Nasha akan duduk di sebelahnya sambil mengerjakan tugas kampus. Tapi sepertinya malam ini Nasha terlihat sangat santai.

“kamu enggak ada tugas, Sha?” tanya Gibran.

Nasha menggeleng tanpa mengalihkan perhatiannya pada layar ponsel. Gibran yang melihat itu menatap Nasha tidak suka. Gibran tidak suka Nasha lebih fokus pada hal lain jika sedang berbicara dengannya.

“Sayang”

Nasha bergumam menjawab panggilan Gibran masih memfokuskan pandangannya pada layar ponsel.

“Kamu tau kan kalau saya enggak suka kalau kamu enggak melihat wajah saya saat saya berbicara” kata Gibran datar.

Nasha menghembuskan napasnya pelan. Dia menolehkan kepalanya ke arah Gibran. “aku enggak ada tugas Mas. Puas?”

Gibran tersenyum kecil. Dia menyuruh Nasha untuk mendekat ke arahnya dengan gerakan kepala.

“kamu kerja aja Mas, aku mau main ini dulu” tolak Nasha.

“Nasha” panggil Gibran dengan nada perintahnya.

Nasha menahan napas kesal. Gibran selalu saja mengganggu waktu pribadinya. Nasha berjalan enggan menuju meja kerja Gibran. Dia berdiri di sebelah kursi kebesaran Gibran dengan wajah super jutek.

Gibran memundurkan kursi miliknya. “duduk di sini” perintahnya sambil menepuk kedua pahanya.

“ngapain? Eng–“

Belum sempat Nasha menolak perintah Gibran, pria itu sudah lebih dahulu menarik Nasha untul duduk di atas pangkuannya. Nasha membelalak kaget saat merasakan pantatnya mendarat di kedua paha Gibran.

Gibran menahan pinggang Nasha yang ingin pergi. Dia tersenyum, menggoda Nasha yang sudah kesal setengah mati padanya. Gibran menangkup kedua pipi kiri Nasha lalu mencium bibir Nasha dengan lembut. Gibran tersenyum senang di sela ciuman saat merasakan Nasha yang membalas ciumannya.

Nasha terengah saat Gibran melepaskan pagutan bibir mereka. Dia menatap kedua mata Gibran yang menatapnya penuh cinta. Nasha menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Gibran. Dia masih saja malu setelah berciuman dengan Gibran meski mereka sudah sering melakukannya.

Gibran terkekeh melihat Nasha yang menyembunyikan wajahnya di dada bidang miliknya. Gibran mengelus kepala Nasha sayang lalu mengecupnya berkali-kali membuat Nasha berteriak kesal.

“Maaaaas!”

“Kenapa?” tanya Gibran santai dengan senyum yang tidak hilang dari wajah tampannya.

“aku mau turun, minggir Mas”

Gibran menggeleng. Dia menahan badan Nasha yang hendak pergi lagi. “di sini saja”

“tapi kamu lagi kerja Mas” kata Nasha beralasan.

Gibran mengendikkan bahunya santai. “Itu bukan masalah”

Gibran kembali menatap layar laptop yang ada di hadapannya dengan Nasha yang masih duduk di atas kedua pahanya.

Nasha menatap wajah Gibran yang terliat serius menatap deretan kata demi kata yang tersaji di layar laptop. Nasha mengalihkan pandangannya pada jakun Gibran yang bergerak naik turun.

“Mas sakit enggak?” tanya Nasha sambil menekan jakun Gibran.

“enggak” balas Gibran tanpa mengalihkan perhatiannya pada layar laptop.

Gibran tersenyum kecil saat merasakan tangan Nasha menekan-nekan rahang bawahnya gemas. Entah apa yang dilakukan istri kecilnya ini sedari tadi. Gibran tidak menghiraukan perbuatan Nasha, dia masih setia memandang layar laptop di depannya.

“Mas, kamu punya mantan berapa?”

🌻🌻🌻


Next [32]

Diagonal HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang