[19]

1.1K 46 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________


🌻🌻🌻


Nasha memasuki sebuah suite room di hotel yang sama dengan tempat resepsi pernikahan berlangsung. Resepsi pernikahan Nasha dan Gibran baru saja selesai digelar beberapa saat yang lalu. Resepsi pernikahan itu tampak mewah sesuai keinginan kedua orang tua Gibran. Tidak banyak tamu yang diundang, hanya keluarga besar Gibran dan Nasha.

Nasha sangat berterimakasih karena Gibran mau menuruti permintaannya untuk tidak mempublikasikan pernikahan mereka sekarang. Nasha hanya belum siap. Dia terlalu takut dengan apa yang akan terjadi jika dunia tau seorang gadis biasa menikahi bangsawan seperti Gibran.

Sebenarnya keluarga Nasha bukan dari kalangan tidak mampu. Dodi adalah seorang kepala bagian di salah satu badan usaha milik negara. Sedangkan Gita hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Dulu Gita sempat bekerja, namun setelah mengandung Nasha, Dodi meminta Gita untuk resign dari kantornya.

Meski kehidupannya bisa dikatakan lebih dari cukup, keluarga Nasha tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Gibran. Mereka memiliki kesenjangan sosial yang jelas. Dan itu menjadi salah satu alasan Nasha tidak mau menikahi Gibran dulu. Nasha tidak ingin dia dan keluarganya disebut hanya mengincar harta keluarga Gibran. Karena itu semua tidak benar.

Nasha memutuskan untuk menikahi Gibran bukan karena harta. Nasha melihat ketulusan yang Gibran berikan padanya beberapa waktu belakangan ini. Gibran juga tidak jarang mengungkapkan betapa besarnya dia mencintai Nasha. Kedua orang tuanya pun terlihat sangat menyukai Gibran, begitu juga dengan Melati. Selain itu, Nasha juga bisa merasakan kasih sayang berlimpah dari Wira dan Lia. Dengan semua alasan itu, Nasha memutuskan untuk menerima lamaran Gibran. Dan Nasha harap ini bukan keputusan yang salah.

Nasha berjalan mendekati jendela kamar hotel yang tertutup tirai panjang. Dia membuka tirai itu sedikit. Nasha tersenyum saat melihat pemandangan kerlap-kerlip lampu kota malam ini. Langit malam yang gelap menjadi lebih terang berkat bantuan bulan dan lampu-lampu itu.

Gibran melingkarkan kedua lengannya pada badan Nasha. Dia mengecup lama pelipis Nasha. Wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Nasha menyandarkan kepalanya pada dada Gibran membuat Gibran tersenyum lebar. Kini Nasha sudah tidak canggung lagi melakukan sentuhan kulit pada Gibran. Dia terlihat sudah lebih santai jika berhadapan dengan Gibran.

Setelah cukup lama berpelukan sambil memandang langit malam, Nasha melepaskan kedua tangan Gibran yang melingkari badannya. Ia memutarkan badannya agar bisa menghadap wajah tampan Gibran.

"aku duluan atau Mas duluan yang mandi?" tanya Nasha.

"Kalau kita mandi berdua gimana?" goda Gibran.

Nasha menatap horor Gibran lalu mencubit pelan perut kotak-kotak pria itu. Gibran hanya terkekeh melihat perlakuan Nasha.

"kenapa? Kita kan sudah sah"

Nasha memutarkan matanya malas. Kemudian dia menatap Gibran sambil tersenyum penuh arti. "Mas, coba nunduk dikit. Ada sesuatu di muka kamu"

Gibran menundukkan sedikit kepala agar bisa menyamai tingginya dengan Nasha. Kedua mata Gibran membesar saat bibir mungil Nasha mendarat di pipi kanannya. Hanya sebuah kecupan ringan tetapi mampu menghentikan seluruh kerja saraf Gibran. Setelah sukses membuat Gibran terkejut, Nasha dengan seenaknya melesat kabur menuju kamar mandi.

Gibran hanya bisa tertawa lepas melihat perlakuan menggemaskan Nasha. Bisa-bisanya Nasha membuat Gibran tertawa seperti orang gila seperti ini.

🌻🌻🌻


Next [20]

Diagonal HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang