Tap ... tap ... tap ...
Suara hentakan sepatu pantofel terdengar nyaring di ruangan yang sunyi. Hingga beberapa saat kemudian suara tersebut lenyap di telan kesunyian malam.
"Jerk! Cepat lari, kau ingin jadi santapan penjaga bodoh heh?" Seru Rose, seraya berlari tunggang langgang.
Eser yang ditarik Rose secara tiba-tiba, bingung. Laki-laki itu belum terkoneksi dengan sempurna, tatapannya linglung. Rose yang masih berlari dengan tangan yang menggandeng Eser, langsung bersembunyi di balik tembok kelas botani.
Napas Rose terengah-engah, begitu pula dengan Eser.
"Kenapa berlari?" tanya Eser pelan.
Rose mendelik, dengan tatapan tajamnya. "Penjaga kampus sedang patroli, kau mau berurusan dengan pihak seperti itu? Aku sih enggak ya, dih," cecar Rose tidak santai.
Barulah Eser terkejut, lelaki tersebut dengan panik menengok dari balik tembok. Jaga-jaga jika penjaga kampus berbalik arah.
Rose berdecak, seraya melipat kedua tangannya di dada. "Mereka sudah pergi," ujarnya.
"Lain kali, jangan kebanyakan minum americano. Ayo, kita sudah terlamabat bertemu," lanjut Rose, seraya berjalan menyusuri sepanjang lorong kelas botani. Diikuti dengan Eser yang mendumal tidak jelas.
Malam ini, secara dadakan. Adam memberi perintah untuk berkumpul di gudang botani. Entah untuk alasan apa, sepertinya kembali dengan pembahasan 51-TM. Terdengar kabar-kabar bahwa Thanesa menemukan satu hal yang mencurigakan, dan itu sepertinya sudah menjadi hal lumrah.
Bahkan Ethan pun heran, dengan kelakuan dosen-dosen di kelasnya. Semuanya tampak misterius, ketika 51-TM sudah sempurna 98%. Sepertinya pengajar seluruh kampus tahu, pasal mesin buatan tersebut, kemungkinan saja mesin tersebut akan menjadi barang rebutan. Eser yang menjadi otak pembuatan 51-TM agaknya tidak nyaman dengan kabar-kabar miring tersebut. Bahkan pembuatan artikelnya pun terasa sangat ganjil, dengan berbagai rumus dan bahan pembuatan 51-TM.
Eser mengabaikan hal itu, yang dipikirkannya. Mesin tersebut harus benar-benar berhasil dengan sempurna, barulah membuat artikel-artikel. Semuanya harus sempurna, sesuai rencana otak Eser.
Saat tiba di depan ruangan, Eser langsung menendang tombol merah yang berada di bawah pintu. Tombol tersebut semacam tombol sensor gerak. Pintu besi tersebut lalu terbuka dengan sendirinya.
Eser dan Rose memasuki ruangan tersebut, pengap dan nampak gelap. Beberapa tumbuhan sedikit tercecer di segala tempat. Ya, karena tempat tersebut memang pembuangan segala jenis tanamam genetika yang menjadi bahan percobaan.
Rose bergerak mencari saklar lampu, namun tidak kunjung menemukannya.
"Turn on!" Suara seseorang membuat Eser dan Rose menoleh terkejut.
Tidak lama setelah itu, seluruh lampu menyala seketika.
"Thanesa! Kau ini ... benar-benar mengejutkanku," pekik Rose tertahan. Thanesa yang mendengarnya terkekeh geli, seraya mengendikan bahunya.
"Kalian masuk kenapa tidak bilang dahulu? Setidaknya bersama kalian aku merasa aman, dari pada kedua anak fisika tersebut," keluh Thanesa seraya menyingkirkan tanaman yang berada di kursi.
"Oh ... pantas saja telingaku panas, ternyata kalian sedang membicarakan aku dan Ethan?" Adam datang dengan membawa tas besar di punggunya. Sedangkan Ethan muncul tepat di belakang Adam dengan raut wajah mengantuknya.
"Hoam ... dini hari begini, kenapa harus experiment lagi? Aku sudah lima hari ini tidak tidur tahu," gumam Ethan, dengan badan yang disandarkan pada daun pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impostor In Paradox Time
Science FictionSebuah pertanyaan yang membuat satu dunia bertanya-tanya akan kebenarannya. "Apakah masa lalu dapat mempengaruhi masa depan?" Kehidupan manusia sendiri terdiri dari 3 masa. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan tapi kenapa semua orang justru han...