Bangunan Museum yang di jelajahi para Mahasiswa itu semakin lama semakin terasa menakjubkan. Barang-barang kuno tertata dengan apik di setiap ruangan, setiap patung di beri penjelasan tersendiri. Kagum dengan seluruh arsitektur dan pembawaan museum ini, sekarang para mahasiswa itu di kejutkan dengan kumpulan pria paruh baya dengan jas putih.
"Kita salah masuk kah?" ungkapan dari Thanesa, membuat teman-temannya menggeleng tidak tahu.
Mungkin ini hanya perasaan atau apakah itu, tapi sepertinya memang mereka masuk pada ruangannya berdominan putih ini dengan tidak sengaja. Malas berpikir lebih, Mahasiswa itu menatap tabung-tabung reaksi, komputer, tumbuhan, dan beberapa tulang belulang. Sepertinya ruangan ini memang untuk experiment segala hal yang ada di museum ini. Bermain sedikit sepertinya tidak masalah.
Rose menatap papan tulis hitam, dengan media tulis sebuah kapur. Sudah tidak heran, bagaimana teknologi pada tahun '19 an ini, gadis itu menatap lama rangkaian alphabet dan angka-angka yang tersusun acak. Jika di pikir lebih lanjut, sepertinya ini rumus kimia. Rose menatap mikroskop dan sebuah cairan ungu dari tumbuhan yang sedang direbus dengan jeli, seakan percobaan ini memang penting untuknya.
"Ada apa, Nak?" suara bariton membuat Rose berjengkit kaget, spontan Rose menatap pria tua dengan janggut panjang berwarna putih. Sangat tua, pikir Rose menerawang.
"O-oh, tidak ada. Maaf menganggu," ujar Rose seraya sedikit membungkukan badannya.
Ke empat temannya itu, menatap Rose dari balik punggungnya. Menerka-nerka apa yang di bicarakan pria tua tersebut dengan Rose.
Pria tua itu menatap Rose dengan pandangan tidak biasa, menatap heran dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu tatapannya beralih di balik punggung Rose dimana teman-temannya berada. Tersenyum tipis di balik kulitnya yang berkeriput dan janggut putih, sepertinya pria tua itu berhasil menebak mereka di balik pikirannya. Sekali lagi pria tua itu mengangguk-angguk dengan tatapan ke lima muda-mudi tersebut.
"Ada masalah, Tuan?" tanya Eser. Nampaknya lelaki itu tidak tahan dengan tatapan menyelidik dari pria tua.
Pria tua itu menggeleng, lalu berkata, "Ingin mencoba berkolaborasi dengan Ilmuan di Austria, Nak?"
Entahlah itu seperti terdengar tawaran yang menggiurkan, tapi juga terdengar menakutkan. Ke lima mahasiswa itu tidak tahu apa yang di pikirkan pria tua tersebut. Akan tetapi jika sedikit mencoba sepertinya tidak masalah, lantaran mereka punya 51-TM semuanya pasti akan baik-baik saja. Jika ada masalah tinggal lari saja, terdengar simple kan? Tidak perlu menghadapi masalah yang bukan berasal dari tahunnya.
Tatapan Adam penuh selidik, yang justru membuat pria itu tertawa. Semakin bingung dengan keadaan, ke lima mahasiswa itu justru saling tatap. Seakan memberi kode, bahwa sebaiknya pergi saja dari sini.
"Tidak masalah, saya hanya berpikir. Jika kalian singgah disini, apa tidak sebaiknya bermain sebentar? Seperti membuat benda dari tahun kalian dan memperkenalkan di tahun ini. Tidak buruk bukan? Mungkin saja nama kalian 'kan masuk buku sejarah Ilmuan Austria," terang pria tua.
"Oh saya hampir lupa, perkenalkan saya Darwin Ilmuan Botani di Austria. Salam kenal," lanjut pria bernama Darwin tersebut.
Ke lima mahasiswa itu masih bergeming di tempat, bingung harus bereaksi apa. Jika di terka-terka walaupun memang sudah terterka, Darwin sepertinya sudah tahu siapa gerangan lima mahasiswa ini. Terlintas di pikiran Ethan, pintar juga kakek ini.
"Ethan Megarwerd."
"Xevaro Eser."
"Thanesa Alexandra."
"Ar Rezzel Adam."
"Roselia Al Debora."
Darwin yang mendengar perkenalan singkat itu mengangguk-anggukan kepala. "Nama yang indah," ujarnya nyaris berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impostor In Paradox Time
Science FictionSebuah pertanyaan yang membuat satu dunia bertanya-tanya akan kebenarannya. "Apakah masa lalu dapat mempengaruhi masa depan?" Kehidupan manusia sendiri terdiri dari 3 masa. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan tapi kenapa semua orang justru han...