25) Determined

14 8 13
                                    

Tekad yang sudah bulat, tak dapat diganggu gugat lagi. Perjalanan yang selama ini ditempuh dengan senang hati justru berujung celaka yang entah benar atau tidak. Mulai dari tahun 2057 hingga meluncur ke masa lalu dan kembali lagi melewati dimensi lain demi kembali ke masa depan. Jika diperhatikan lebih detail lagi, ke lima mahasiswa itu hanya terus bersenang-senang di setiap tahun yang mereka singgahi, hingga saat dihadapkan konflik besar mereka justru pasrah. Berpikir bahwa memang ini sudah jalannya, padahal sudah banyak sekali peringatan tapi tak juga diperhatikan.

Perjalanan menuju tahun masa depan 2080 terasa sangat lambat. Portal yang biasanya melaju cepat, mungkin sedikit berkurang kecepatannya. Membuat makhluk didalamnya merasa pusing berkali kali lipat. Cahaya yang hanya bisa dilihat dari dalam portal menampakkan kilasan gambar-gambar mereka terdahulu, dimana Thanesa yang tiba-tiba berhenti seraya menatap jeli benda yang baru saja ia lepas.

"Itu aku?" bisik Thanesa seraya menutup mulutnya. "Ternyata aku dulu melihat kilasan diriku saat ini," lanjutnya.

Portal masih berjalan seperti biasanya, hanya saja tiba-tiba ada asap hitam yang entah dari mana asalnya. Membuat kelima remaja itu panik bukan main, suara-suara nyaring juga langsung terdengar jelas di pendengaran mereka. Hingga beberapa saat ke lima mahasiswa itu tiba di depan gedung pusat New York, kepanikan justru semakin terjadi lantaran keadaan di sekelilingnya kacau. Mobil-mobil yang ringsek dan jalanan yang rusak merupakan pandangan utama ke lima mahasiswa itu. Tidak ada warna, tidak ada kehidupan, semuanga tampak monokrom dan membosankan.

"Tahun 2080 seperti ini?" pertanyaan Eser hanya dijawab angin lalu. "Kukira penuh dengan kemewahan dunia," lanjut lelaki itu.

"Lalu sekarang bagaimana?" pertanyaan Rose membuat seluruh mata memandangnya. "Disini sepertinya minim penginapan," ujar Rose lagi.

"Aku merasa bahwa sekarang sedang berada di negri yang penuh zombie," cetus Ethan.

"Jangan bercanda, virus zombie sudah dimusnahkan beberapa tahun silam," sahut Thanesa, seraya mengemasi 51-TM pada tas di punggungnya.

"Mungkin saja kan masih ada sisanya," ujar Ethan.

Ke lima mahasiswa itu beranjak berjalan pelan, seraya mengamati hal apa yang ada di kota ini selain kehancuran kecil di sekeliling gedung pusat. Selain hancurnya bangunan dan jalanan, ternyata tidak ada satu pun orang yang berkeliaran, bahkan suasananya pun sangat suram dan tidak menyenangkan. Semuanya terasa sangat abu-abu, warna cat yang mengelupas menjadi bukti bahwa kota ini sudah rusak. Ke lima mahasiswa itu juga tidak tahu kemana perginya penduduk kota, tidak mungkin jika kota semaju New York tiba-tiba tidak berpenghuni.

Sesekali ke lima mahasiswa itu masuk kedalam rumah, warung, atau bahkan gedung-gedung rusak. Namun nihil, mereka tidak juga menemukan adanya orang-orang, kebingungan semakin menjadi-jadi saat Rose menemukan patahan sebuah flyboard yang berada tak jauh dari sebuah gedung kaca.

"2080 hanya ada flyboard? Kukira lebih dari yang kubayangkan, kemana perginya robot-robot atau transportasi lain?" tanya Rose lirih seraya memungut flyboard yang patah dan mengamatinya dengan serius.

Sedangkan Thanesa mencoba memencet tombol dari kotak listrik yang berada tak jauh dari tempat patahnya flyboard. Setelah berusaha, tombol-tombol itu tak juga menyala, benar-benar mati ... tidak ada listrik. Menyusul Thanesa, Ethan pun juga membuka pintu mobil yang ada di sebelah kotak listrik. Lelaki itu mencoba menyalakan mobil yang sudah ringsek bagian belakangnya, seakan ditabrak beberapa kali pun, mobil itu hanya ringsek belakang saja.

Brumm ... brumm

Kepulan asap mengerubungi mobil yang sukses Ethan nyalakan. Keempat temannya itu pun langsung menghampiri Ethan yang sudah berupaya menghidupkan mesin mobil.

Impostor In Paradox TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang