8) Puzzle Piece

23 13 4
                                    

Suara hentakan sepatu terdengar nyaring menggema di lobi hotel. Jas mantel yang berwarna coklat berkibar kala anila berembus kencang, tatapan matanya tajam menghunus ke depan menatap lelaki asing dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Pagi ini, merupakan pagi pertama bagi ke lima mahasiswa itu tiba di tahun 2057. Musim dingin telah usai tergantikan dengan adanya musim semi. Akan tetapi udara dingin ternyata masih melingkupi kota tersebut.

Eser tersenyum sinis, saat dirinya melihat Rayon berada di depannya langkah kakinya maju menuju lelaki itu seraya menepuk punggung Rayon dan berkata, "Apa kabar, lama tidak berjumpa."

Perkataan dari Eser membuat Rayon terkejut seraya mengerutkan keningnya, lalu tidak lama kemudian lelaki itu tersenyum diantara syal tipisnya.

"Oh, i'm fine. How about you?" Tanya Rayon pada Eser.

"Baik, kau ingin pergi ke kampus? Apa ada suatu hal," ujar Eser.

"Eh?" Rayon cengo beberapa detik, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Bukan kah ada perlombaan? Seluruh mahasiswa boleh ikut berpatisipasi," sahutnya, lalu Rayon pamit untuk pergi dari hadapan Eser.

Eser menudukan kepalanya, bibirnya tersungging senyum manis. Embusan napas yang menguap di udara seperti asap rokok di mulut Eser terlihat menarik.

"Masih sama," gumamnya.

***

Suasana meriah sangat kental di setiap fakultas, beberapa robot dan manusia bercampur menjadi satu saling membantu. Suara tawa dan perbincangan berbaur alami pada setiap sudut. Yah! Hari ini memang hari festival kampus, jadi tidak heran jika seluruh mahasiswa ikut berpatispasi pada festival ini, lantaran keaktifannya pun juga akan dinilai melalui alat penyidik di masing-masing jari mereka.

"Hah!" teriak Rose heboh, seraya berputar-putar sendiri dan mengabaikan pandangan mata yang menatapnya. "Welcome past, I can see all of you," lanjutnya seraya menutup matanya sejenak, lalu menatap ke empat temannya yang sedang menatap dirinya juga.

Thanesa terkekeh, seraya merangkul teman wanita satu-satunya tersebut. "Now, honey?" ujar Thanesa.

"Of course, yes!" seru Rose.

Ethan mengendikan bahunya acuh, melihat percakapan kedua teman perempuannya. Lelaki itu membuka buku usang yang ada di tas kecilnya. Catatan lama. Diserahkannya buku usang tersebut pada Rose, membuat gadis itu sedikit kebingungan.

"Buka!" titah Ethan.

Sesuai perintah Ethan, Rose membuka buku tersebut dengan Thanesa, Adam, dan Eser yang juga mendekat melihatnya.

"Wow, the past schedule." Rose memekik heboh.

Adam tersenyum seraya mengapit kepala Ethan dengan ketiaknya. "Terniat sekali," ujarnya riang.

Ethan yang masih di puji-puji oleh temannya itu hanya bisa tersenyum, dan berkata, "Tidak mungkin jalan-jalan tanpa sebuah list rencana."

"Hah oke, kita mulai dari—

"Kompetisi sosial! Dulu aku kalah dengan fakultas sebelah," potong Adam cepat.

Rose mengangguk antusias, lalu mulai berjalan menuju luasnya ruang auditorium kampus, di ikuti oleh Eser, Adam, Thanesa, dan Ethan. Ke lima mahasiswa tersebut kembali menikmati titik rendah mereka semua pada 2 tahun yang lalu. Sebuah masalah pribadi yang terpendam pada benak mereka semua, membuatnya bisa sampai di masa ini.

Impostor In Paradox TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang