Tiongkok, 19 Desember 2019
Sunyi di pagi hari merupakan sambutan yang lumayan pagi ke lima mahasiswa tingkat tengah. Udara sejuk menerpa kulit basah mereka semua, keringat masih tersisa akibat pertempuran dadakan beberapa tahun yang lalu. Ah, atau mungkin beberapa detik yang lalu. Jarak antara tahun sebelumnya dan saat ini, tidak terlampau jauh.
Desa kecil yang makmur menjadi pilihan Thanesa untuk singgah, Wuhan. Benar! Ke lima mahasiswa itu sedang berada di salah satu profinsi Tiongkok yaitu Wuhan. Transaksi antar pembeli dan penjual di pasar ikan Huanan terlihat sangat akrab. Pagi yang cerah dengan adanya transaksi di kota kuno Tiongkok ini.
Krukk ... krukkk ...
Suara dari perut Eser membuat beberapa pasang mata menatap Eser.
"Memalukan," desis Eser seraya tersenyum kikuk dan meremas perutnya sendiri.
"Ayo cari makan, dari kemarin malam kita belum makan kan? Hanya minum," ujar Ethan, seraya berjalan mencari makanan dan di buntuti oleh ke empat temannya.
Dari namanya saja pasti kalian semua sudah tahu, Pasar Ikan Huanan. Semuanya serba ikan dan daging-daging hewan. Mendesah pasrah, Ethan langsung berbalik menatap temannya yang ada di belakang.
"Makanan cepat saji disini tidak ada, semuanya mentah," keluh Ethan.
"Tinggal di masak dong, lagian Rose sepertinya bawa kompor listrik," sahut Adam menimpali.
Rose diam, lalu ia langsung membuka tas punggungnya dan mengacak isi di dalamnya.
"Kompornya aku lempar, waktu 51-TM tidak ada signal." Rose menghela napasnya, dan diikuti tatapan syok dari teman-temannya.
Dor
Dor
Dor
"Shit! Signal, please," geram Thanesa.
"Tiarap!"
Boom!
Keadaan di atap rumah saat ini semakin kacau, tembakan dari berbagai arah seakan menghujani ke lima mahasiswa saat itu. Hologram dari 51-TM semakin melemah lantaran ketiadaan signal di tengah hutan. Pasrah, tapi hal itu juga tidak mungkin, lantas ikut menyerang? Mereka semua pun akan mati lantaran sudah kalah jumlah. Terkepung, itulah kata yang tepat untuk keadaan saat ini, tidak ada yang bisa di lakukan selain mempertahankan diri sendiri.
Thanesa yang masih sibuk membuka portal harus semakin bekerja ekstra, agar teman-temannya segera bisa keluar dari situasi ini. Namun tiba-tiba sebuah ide melintas cepat di otak Rose, gadis itu langsung menggeledah isi tasnya di tengah hujaman peluru. Kompor listrik, Rose langsung menghubungkan arus listrik pada kompor ke 51-TM secara diam-diam agar tidak merusak konsentrasi teman-temannya yang sedang mempertahankan diri.
"C'mon, c'mon, c'mon," guman Rose terus menerus. Harapannya sangat kecil lantaran arus listrik hanya sedikit, tapi seharusnya bisa langsung membuka portal. Rose memekik pelan, saat pancaran biru tua perlahan membuka portal, gadis itu langsung mengaktifkan 51-TM sendiri tanpa bantuan Thanesa, yang justru ikut menembaki musuh.
"Ayo masuk!" seru Rose heboh. Tidak peduli dengan aksi tembak-menembak di sekitarnya, ia langsung memunguti tas teman-temannya dan melemparnya ke dalam portal, lalu langsung menyeret temannya yang lain dan mendorongnya pada portal.
Rose selesai menceritakan aksinya, dan di hadiahi tepukan punggung.
"Lalu kenapa kau tidak bawa kembali kompor listriknya?" tanya Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impostor In Paradox Time
Science FictionSebuah pertanyaan yang membuat satu dunia bertanya-tanya akan kebenarannya. "Apakah masa lalu dapat mempengaruhi masa depan?" Kehidupan manusia sendiri terdiri dari 3 masa. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan tapi kenapa semua orang justru han...