23) Bad Genius

18 9 18
                                    

song recommendation🎶: Unstoppable-Sia (jangan lupa di repeat)

**

Selepas mengirim Adam di tahun 2080, ke lima mahasiswa itu terus menatap mesin waktu dengan tatapan was-was dan penuh rasa khawatir. Sedangkan Tera keluar dari ruangan untuk mengambilkan mereka semua beberapa cemilan, dan Darco yang masih fokus menatap titik biru pergerakan dari Adam.

"Kalian sehabis dari mana?" tanya Darco tiba-tiba.

Ke empat mahasiswa itu menoleh secara bersamaan.

"Oasis Siwa th 1514," jawab Rose pelan.

Mendengar perkataan Rose, Darco sukses terkejut. "Sejauh itu? Untuk apa? Apa kalian tahu resikonya?" tanya Darco beruntun.

"Tentu saja tahu, ini sudah menjadi pilihannya, kenapa harus khawatir?" Ethan menjawab seraya mencebik tak suka.

"Bukan begitu, ah sudahlah ... silakan dinikmati makanannya," sahut Darco.

Tanpa banyak bicara Ke empat mahasiswa itu memakan cemilan yang sudah di sediakan oleh Tera. Seraya sibuk mengunyah makanan dan menatap sekitar, ke empat mahasiswa itu saling menatap.

"Kira-kira Adam bisa kembali dengan selamat tidak ya?"

"Bisa!" Eser menimpali ucapan Thanesa.

"Kalian tidak akan menyesali pilihan kalian sendiri kan?" sindir Ethan, lelaki itu lelah dengan teman-temannya yang seakan tidak yakin dengan perjalanan yang sudah di lalui selama ini.

Rose menyela, dan mengatakan bahwa ia hanya khawatir, memang benar gadis itu khawatir dengan teman lelakinya yang entah akan kembali atau tidak. Rasanya semua seperti sia-sia. Bukan hanya Rose, Thanesa pun juga berpikiran yang sama, rasa tidak yakin itu akan terus hadir entah sampai kapan. Tak diragukan sebelumnya bahwa perjalanannya menjadi rumit, tidak seperti ekspentasi sebelumnya yang penuh akan kesenangan.

Entahlah rasanya aneh sendiri, mungkin menunggu Adam adalah pilihan yang tepat untuk saat ini. Ethan terus menatap pergerakan titik biru yang berada di hologram milik pasutri profesor tersebut. Eser yang ikut duduk di sampingnya juga ikut terdiam, tidak ada yang berpikiran untuk membuka mulut mereka. Jika dipikir lagi dengan logika bukan dengan keakuratan, memang benar jika Adam mungkin saja tidak akan kembali, karena kerusakan mesin yang memungkin tidak akan bisa membawa lelaki itu kembali.

Namun karena desakan Ethan sebelumnya, Adam pun menyerahkan dirinya untuk bahan percobaan yang mungkin saja akan mengambil nyawanya juga. Dan tepat saat itu juga titik biru yang berada di hologram berubah menjadi merah dan berhenti.

"Ada apa itu?" seru Eser, saat menyadari titik Adam mengalami keanehan.

Darco, Tera, Rose, dan Thanesa pun sontak mendekat, dan ikut mengamati hal ganjil. Darco pun langsung menyalakan alat komunikasinya namun tak juga berhasil, dibantu dengan Thanesa yang ikut tremor sendiri ... gadis itu belum siap jika akan terjadi hal buruk pada teman lelakinya.

"A-apa ada yang salah?" tanya Thanesa tergagap.

"Ada, tapi—

"Dia kembali karena ada sesuatu di tahun itu," sahut Tera cepat, membuat semua mata menatap wanita paruh baya tersebut.

"Apa maksudmu, sayang? Kenapa cepat sekali, belum ada 3 jam dia pergi." Darco bertanya mendesak.

Tera hanya mengangguk. "Benar, tapi mungkin teman kalian ingin segera kembali," sahutnya seraya menatap ke empat mahasiswa.

"Lalu?"

"Tunggu saja sampai dia datang."

***

Impostor In Paradox TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang