13) Bomb Attack

14 12 0
                                    

Ke lima remaja itu justru masuk pada hutan-hutan saat menyadari bahwa pengawal Mega mengejarnya.

Sialan, memang.

Niatnya ingin segera pergi dari Austria, tapi malah sepertinya mendapat sambutan baru lagi. Hal itu membuat ke lima mahasiswa sebal bukan main, urusannya di Austria selesai, dengan mencuri info NASA. Akan tetapi justru karena info itulah mereka semua menjadi buronan dadakan. Dari Benteng Hohensalzburg, para mahasiswa itu lari kearah gunung, tepatnya hutan-hutan yang sepertinya memang dilarang, karena terdapat garis polisi yang membentang pada setiap pohon ke pohon. Tidak peduli lagi akan garis polisi, ke lima mahasiswa itu nekat menerobos dan masuk lebih dalam ke hutan.

Saat sudah sampai di tengah-tengah hutan ke lima remaja itu turun dari flyboard dan langsung berselonjoran di tanah langsung. Keringat mengucur deras dari dahi mereka, deruan napas yang masih belum stabil juga terdengar, saat ini keadaan ke lima mahasiswa itu sudah seperti gembel ber-style lantaran baju mereka yang masih lumayan bagus hanya saja wajah mereka sudah tidak karuan.

"Ada yang bawa air tidak?" tanya Adam seraya mengelap keringat yang ada di wajahnya.

Thanesa melempar botol minum berukuran sedang, yang langsung di tangkap dengan tepat oleh Adam.

"Aku minta," timpal Ethan seraya beranjak duduk di dekat Adam.

Setelah percakapan singkat, suasana kembali hening, hanya ada suara gesekan daun yang di kendalikan oleh angin. Namun tidak lama kemudian sebuah anak panah menancap tepat di pohon samping Rose bersandar, membuat gadis itu hanya bisa berkedip kaku.

"A-apa itu tadi?" tanya Rose tanpa menoleh ke sampingnya, bahwa terdapat sebuah panah yang sudah berlumur darah.

Thanesa langsung menyeret Rose untuk dekat dengannya, lalu memerintahkan gadis itu untuk minum agar sedikit tenang. Adam dan Eser pun langsung mendekat ke arah anak panah dan menatapnya jeli.

"Ini bidikan yang salah sasaran," cetus Adam membuat temannya yang lain ikut mendekat.

Adam mencolek bahu Ethan dan menyuruhnya untuk memgamati lebih serius lagi, tapi Ethan justru terus diam. Teman-temannya yang lain hanya berdecak melihat Ethan.

"Ini bukan panah dari tahun ini," ujar Ethan santai, membuat seluruh pasang mata menatapnya heran. Ethan menghela napas seraya menunjuk ujung panah dan juga badan panah. "Lihat! Belakang panah biasanya terdapat bulu ayam atau bulu burung, tapi ini alumunium tipis," opininya.

Eser menyela dan mencoba memberi masukan lain. "Ini Austria wajar saja warganya membangun teknologi lebih maju sebelum waktunya. Otak mereka mampu membuatnya, dan kurasa itu sudah biasa di lakukan oleh warga Austria sendiri," celetuk Eser.

"Tunggu, disini ada yang membawa sarung tangan? Tolong ambil alumuniumnya!" titah Adam secara tiba-tiba.

"Kau ingin melakukan apa, Dam?" tanya Rose seraya menyerahkan sarung tangan dari tahunnya—2059.

Adam tidak menjawab dan hanya bergumam 'terima kasih' lalu lelaki itu langsung fokus pada alumunium yang di rasanya aneh tersebut. Lelaki itu langsung mengeluarkan cermin kecil lalu menaruh alumunium itu pada cermin. Adam mengamati Alumunium itu dengan cermat seraya membolak-balikkannya, dirasa tidak ada hal yang sedikit 'wow', ia langsung memetik sebuah daun secara acak. Menaruhnya tepat di atas alumunium, lalu ia mencari sinar matahari dan menaruhnya di bawah.

Tidak ada reaksi lain selain meleburnya alumunium itu di bawah sinar matahari, warnanya berubah menjadi hijau karena efek dari daun yang ada di atasnya.

"Kau sedang apa?" tanya Thanesa yang sudah mulai penasaran.

Adam mengangkat tangannya, memberi kode 'sebentar'.

Impostor In Paradox TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang