1) Puzzle

59 12 14
                                    

Boston, 5 Februari 2059

Seorang pemuda dengan langkah tegapnya memasuki lab fisika, matanya bergerak liar menatap barang yang tertata rapi di tempat. Lelaki tersebut dengan malas mendudukan bokongnya di kursi yang berada di tempat, kakinya mengetuk lantai tidak beraturan.

"Terima kasih telah mau menungguku, Adam," sahut seorang lelaki dengan kaos hitam dan jeans creamnya.

Adam menoleh. "Hm ... hanya kau yang datang?" tanya Adam seraya menenengok ke belakang tubuh lelaki jangkung tersebut.

"Oh, sebentar lagi. Mereka masih ada kelas." Adam mengangguk, lalu ia beralih pada beberapa botol reaksi dan melakukan eksperimen kecil.

"Kau yakin ingin melakukan eksperimen besar ini? Ah bukan eksperimen, mungkin kata temuan lebih baik dari kata eksperimen," ujar Adam.

"Ini tahun 2059, dimana segala macam teknologi merupakan suatu hal yang biasa," sahut Eser, lelaki dengan manik mata cokelatnya yang khas.

Adam mengangguk seraya menyugar rambut hitam kebiruannya. "Iya juga, maksudku apa itu tidak terlalu berlebihan, Eser?" Adam bertanya.

"Itu hal biasa, Adam. Bahkan para Profesor gila sekarang ini sedang merencanakan pembuatan bayi cyborg, dan berusaha untuk menggembangkannya. Apa itu tidak gila?"

Adam dan Eser menoleh kearah gadis dengan rambut yang dicepol keatas, manis. Kedua lelaki tersebut terlihat tersenyum tipis.

"Aku tidak pernah meragukan bakat hackermu, Thanesa," kekeh Eser.

Thanesa tersenyum. "Kuanggap itu sebuah pujian," sahutnya, membuat Eser dan Adam menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Rose dan Ethan belum datang?" tanya Thanesa.

"Bel—

"Ethan! Kembalikan buku itu, kau tidak tahu bagaimana sulitnya memecahkan rumus sialan tersebut, hah?" pekik Rose dari arah pintu sedang berusaha mengambil buku yang dipegang oleh Ethan.

"Masa sih? Coba kerjakan soal Termodinamika yang aku kasih."

Rose menggeram. "Termodinamika itu materi kelas 11 Sekolah Menengah Atas, kamu jangan bercanda itu materi yang mudah," sentak Rose sebal.

Eser, Adam, dan Thanesa menatap acara debat dadakan teman mereka sendiri dengan wajah tenangnya.

"Itu berbeda, jangan samakan materi SMA dengan Perkuliahan," sahut Ethan tidak terima.

"Tapi rumusnya sama saja, kau hanya dibodohi oleh soal."

"Beda, aku bahkan sudah mengerjakan seluruh jenis soal Termodinamika, dan itu cukup sulit."

"Sama, dan itu sudah mutlak."

"Bed—

"Apa kalian pernah menghitung jarak Sirius dan Titania dengan akurat dan benar, lalu hitung berapa tahun cahaya agar bisa sampai di planet terbaru dari NASA?" ujar Eser dengan nada tegasnya.

Rose dan Ethan menoleh kearah Eser. "Aku bukan anak astronomi," ujar mereka berdua bersamaan.

"Tapi kalian anak Matematika dan Fisika seharusnya mudah jika hanya menghitung jarak dan kecepatan," kekeh Eser menyebalkan, membuat Rose dan Ethan mendengus sebal.

"Sudahlah kalian ini," ujar Adam yang masih sedikit tertawa akibat perdebatan tidak masuk akal dari ketiga temannya tersebut.

"Open," tutur Adam dengan jelas. Hingga sebuah paket tempat duduk muncul sendiri dari bawah tanah. Adam mempersilakan teman-temannya untuk duduk di bangku transparan tersebut. Sebuah hologram muncul menunjukan sebuah gambar laptop dan sebuah pintu bundar.

Impostor In Paradox TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang