CHAPTER 53 HAMPIR SAJA

361 65 30
                                    

CHAPTER 53

HAMPIR SAJA

.
.
.
.
.

J

ika kalian bertanya pada Gun mengenai Mark Phiravich, maka jawabannya Mark sangat baik, tampan, perhatian, pengertian, murah senyum, protektif dan definisi dari pria idaman banyak wanita. Tetapi jika kalian bertanya pada yang lain, Mark itu tampak seperti pria menakutkan yang seharusnya tidak didekati, baik dari segi bisnis maupun secara pribadi. Yah, namanya orang memandang tentu berbeda. Tergantung dari sudut mana mereka memandang, tergantung dari sudut mana mereka mencari tahu.

Gun menikmati hari-harinya yang cukup tenang setelah kejadian di labrak waktu itu. Entah bagaimana perempuan bernama Prisca itu tak terdengar lagi kabarnya. Gun tidak mungkin menanyakan itu pada matenya, karena Phi Mark tidak ikut turun tangan menanganinya. Yang Gun tahu hanya Ayahnya yang mencari cara agar Gun tidak terseret dalam kasus menghilangnya perempuan itu. Terhitung sudah 2 minggu dari kejadian waktu itu, yah Gun tidak mau ambil pusing, mungkin saja Prisca terkena karma atas ulahnya selama ini.

"Phi Gun." Seorang siswa dominan memanggilnya pelan.

Gun bergidik mendengarnya, demi apa pun Gun terikat dengan Phi Mark begitu juga Ai No dan Kengkla. Bisa bahaya jika Phi Mark tahu ini.

Gun tertegun, bingung harus bereaksi seperti apa. "Apa yang kau lakukan di sini___" Tanyanya tertahan, "____James?"

"Aku membawa beberapa barang yang mungkin Phi inginkan." Siswa itu merogoh saku celananya, menunjukkan kunci mobil mewah, ponsel keluaran terbaru, Bilyet Deposito yang kini ada di atas meja tempat Gun menaruh beberapa cemilan dan minuman kesukaannya.

Gun sedang berada di taman sekolah, dia sedang menyendiri sembari memikirkan Prisca yang tidak ada kabar keberadaannya. Gun takut Prisca tidak pulang karena dirinya, meski dia tak yakin.

"Apa maksudmu?!" Gun tidak terima diperlakukan seperti ini, sama saja menghina harga dirinya. Apa James pikir dia tak sanggup memiliki semua barang ini? Bahkan jika dia mau Phi Mark akan memberinya detik itu juga.

"Phi tidak mau?! Aku tidak ingin menyerah mendapatkan apa yang aku inginkan!" Katanya dengan suara yang cukup keras.

"Bawa pergi semua barang ini!" Kata Gun emosi, "Bawa pergi dan menjauh dariku. Aku tidak membutuhkan semua ini!"

James tertawa tertahan lalu menunjukkan wajah datar lagi. "Bukankah pria-mu itu sangat kaya?! Katakan padaku kenapa kau menerimanya sedangkan tidak denganku!" James menunjukkan wajah dinginnya.

"Karena aku tidak mencintaimu." Ujar Gun, suaranya serak.

"Aku hanya membutuhkan dirimu, bukan cintamu!" Ungkap James, "Cinta akan muncul seiring berjalannya waktu." Tuturnya yakin.

James tidak sadar jika tadi saat menghampiri Gun, Third melihatnya. Pemuda itu akan menghampiri sang sahabat tetapi di dahului oleh si Adik kelas. Tanpa pikir panjang, Third sedikit menjauh dan mengambil ponselnya lalu menelpon nomer Mark. Untung saja Gun memberikannya, jika tidak maka matilah dia jika terjadi sesuatu pada Gun.

"Kau pikir semuanya semudah saat kau mengatakannya?" Gun tidak tahu harus bicara bagaimana pada orang keras kepala yang mengerikan seperti ini.

"Tentu saja iya!" Suara James cukup keras bahkan jika didengar dari bangku yang jauh. Meski begitu, Gun tetap berusaha tenang dibalik rasa takutnya akan kemarahan Phi Mark.

"Kau terobsesi padaku?" Gun menetralkan suaranya.

"Itu kau tahu, jadi lebih baik menerimaku saja. Aku tidak masalah jadi yang kedua." Kata James. "Asalkan itu denganmu, ku rasa sudah cukup untukku mendapatkan sedikit perasaanmu." James memegang dagu Gun dengan tangan kanannya, mengunci mata sang submissive agar tidak berpaling dan menunjukkan kesungguhannya dalam perkataannya.

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang