CHAPTER 61 JATI DIRI YANG TERUNGKAP

280 55 52
                                    

CHAPTER 61

JATI DIRI YANG TERUNGKAP

Sudah tepat 2 hari Mild dan Third berada di tempat yang tidak mereka ketahui. Di tempat ini tidak ada sinyal, mungkin karena jauh di dalam hutan. Mereka berusaha mencari jalan keluar agar bisa pulang tanpa harus merepotkan Gun yang sedang terluka tetapi percuma, hampir di setiap sisi di jaga oleh Warrior –mereka bisa menyebutnya setelah mendengar Mark dan Gun membicarakannya. Sejujurnya mereka masih belum tahu jati diri sang sahabat, tetapi tidak ingin merasa penasaran juga meski mereka tahu tempat ini sangat aneh.

"Apa yang kalian pikirkan?" Gun bertanya penasaran, dia baru membuka pintu kamar salah satu sahabatnya dan menemukan mereka di sini (di kamar Mild).

"Gun... Jangan tersinggung." Third tidak menjawab, "Sebenarnya tempat apa ini?" Tanyanya menuntut. Sudah cukup sabar Third menyimpan semua rasa penasarannya seorang diri.

Gun tersenyum teduh. "Tempat yang tidak akan ditemukan oleh manusia."

Mild dan Third mengerutkan kening, "Hei jangan bercanda," Mild menepuk bahu Gun dengan pelan, "Kita kan manusia." Ucapnya lalu terkekeh.

"Kau yakin hanya hidup dengan manusia?" Gun terkekeh ringan. "Katanya percaya pada makhluk mitologi..." Ucapnya dengan nada bercanda.

Third membengong. Otaknya berusaha keras menangkap apa yang Gun maksud. "Maksudmu ini di wilayah salah satu makhluk yang kita ceritakan tempo lalu?" Suaranya menunjukkan rasa takut dan terkejut.

Gun mengajak kedua sahabatnya keluar kamar, ke pekarangan luas di samping bangunan tempat di mana Third dan Mild tinggal. Kini mereka berada di sana dengan dibumbui rasa hormat luar biasa dari para Warrior. Jumlahnya banyak dan Mild tidak bisa menghitungnya meski sudah fokus.

"Ku harap kalian tidak lari ya," Gun memegang lengan kedua sahabatnya. Dia berada tepat di depan menghadap kedua sahabatnya dan tetap tenang meski di hatinya dihinggapi rasa takut luar biasa akan kebencian kedua teman dekatnya itu.

Gun melepas tangannya dari bahu kedua sahabatnya. Dia berlari beberapa langkah dan merubah wujudnya menjadi Ai No, mengitari pekarangan dengan gerakan yang sangat anggun. Calon Luna memang sangat luar biasa indahnya meski dalam wujud Wolf sekalipun. Ai No mendekati Mild dan Third yang membeo dengan tangan yang mengalami tremor parah. Ketika sampai di depan kedua sahabatnya, Ai No memekik lirih. Dia menunduk, mengamati wajah dua manusia yang terlihat mematung dan pelipis yang berkeringat banyak. Omong-omong wujud Ai No hampir mirip Luna, hanya saja tanda bunga Peony menjadi pembedanya dan juga panjang tubuh Ai No dengan bulu yang cukup lebat di beberapa sisinya.

Ai No mencium pipi kedua sahabatnya, Third di kiri Mild di kanan. Tidak mendapat respon, Ai No menunjukkan wajah yang sangat penurut lalu berkedip dengan bola mata besarnya. Mundur beberapa langkah dari kedua sahabatnya, merubah diri menjadi Gun kembali. Pemuda cantik itu menghembuskan nafas tidak rela, Gun agak takut sekarang. Kedua sahabatnya tidak berteriak, tidak menangis, tidak berlari dan tidak menjatuhkan diri. Pikirannya sudah dipenuhi rasa kehilangan, mungkin setelah ini Mild dan Gun akan dihilangkan ingatannya oleh salah satu bawahan Phi Nanon, mereka akan berjauhan dan Gun harus berpura-pura tidak kenal.

Gun memeluk kedua sahabatnya, kedua tangannya menarik Mild dan Third kemudian menarik kedua sahabatnya agar mendekat padanya. "Maafkan aku . . . ." Ucapnya dengan suara yang sangat pelan. "Maaf sudah menyembunyikan jati diriku dalam waktu yang lama." Gun meneteskan air mata yang dipenuhi rasa sedih luar biasa.

Pria cantik itu lantas melepaskan pelukannya. Berpikir, mungkin ini adalah pelukan yang terakhir kalinya sehingga Gun harus menekan dalam-dalam egonya agar tidak bersikap sesuai kehendaknya. Gun berbalik, berjalan dengan langkah tidak rela sekaligus menahan tangisnya. Sekuat tenaga Gun menepis keinginannya agar ketika sahabatnya mencacinya, dia tidak merasa sakit hati.

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang