CHAPTER 20 KERAGUAN

437 77 54
                                    

CHAPTER 20

KERAGUAN

.

.

.

Tiga pemuda tampan tengah bersender nyaman di sofa, masih didalam toko. Menikmati hidangan dan camilan yang disediakan. Mark dan Blue diberi sepaket perhiasan yang harganya tergolong mahal. Meski Ayahnya pasti sanggup memberikannya, Mark tetap menerimanya. Yah, nanti bisa dia berikan pada Ibu dan Gun kan?

"Kenapa kau senyum senyum?" Mark memelototi kakak sepupunya yang tersenyum aneh.

"Yah... tidak ku sangka sepupuku mau membantuku." Ledeknya.

"Phi, Mark sebenarnya baik. Dia hanya terlalu kaku dan dingin." Blue ikut memanas-manasi.

"Jangan ikut-ikutan kau!" Mark memperingatkan.

"Aku mengatakan yang sebenarnya kok." Blue membela diri.

"Kalian berdua bersekongkol meledekku, mentang-mentang lebih tua dariku." Mark mengeluh. Jika tidak ingat dia yang paling muda, sudah pasti Blue habis dia pukuli.

"Aku tidak bermaksud bersekongkol dengannya, ya." Yanjun tidak terima dituduh.

"Aku juga." Blue menimpali.

Ponsel Yanjun berdering beberapa kali, cukup mengganggu mereka.

Beberapa waktu Yanjun menerimanya dan segera berbenah. "Hei kalian, Ayahku akan kesini." Katanya sedikit gugup.

"Paman Theo datang? Untuk apa?" Mark bertanya heran, alisnya bertaut.

"Jangan banyak bicara, Ayahku ada dibawah." Yanjun memberitahu.

"Hei,, itu terlalu mendadak!" Mark yang harus bersiap terlihat cukup kesal.

Manajer Toko datang menghadap mereka, "Maaf, kami kedatangan CEO Brand, jadi semuanya sedang bersiap sekarang." Katanya dengan tidak enak mengganggu istirahat pada pemuda ini.

"Aku tahu." Jawab Yanjun, "aku akan ikut menyambut."

"Tidak perlu Tuan, sebaiknya istirahat saja." Pinta sang Manajer.

Setelah berdebat, akhirnya Manajer Toko mengalah saja. Mau tidak mau harus menjelaskan nanti jika CEO-nya bertanya padanya ada apa hari ini sehingga penjualan melonjak tinggi dan semua barang habis terjual.

***

Yanjun dan Mark terkejut bukan main ketika yang datang tidak hanya Theo, sosok Ayah Yanjun tapi juga Perth selaku Paman muda mereka. Sudah dipastikan yang mengutus sang Paman kesana adalah Mean Phiravich, Ayah Mark. Mereka saling melirik, berbicara dengan sosok Serigala masing-masing.

Semua pelayan dan Manajer Toko telah selesei memberi hormat, terutama pada sang CEO, Theo. Kedatangan yang sangat mendadak, sang manajer bahkan sudah ketakutan jika kena penalti karena menjual barang mereka dengan 'memanfaatkan' kedatangan sang model dan bintang iklan itu di Mall tersebut.

"Aku kesini bukan untuk memberi kalian hukuman karena telah menjual barang kita dengan cara yang sangat kreatif seperti ini, tapi_____" Semua orang bernafas lega saat sang CEO dengan ramahnya bicara, ketika kata tapi keluar, mereka rasanya seperti dipermainkan.

"___bukan menjadikan putraku dan keponakanku untuk membantu didepan, aku tahu putraku tampan dan keponakanku juga sebenarnya baik hati meski terlihat dingin. Menjadikannya model dari brand kita saja Manajer Pemasaran kesulitan untuk mendapatkan waktunya, dan kalian malah memintanya secara mendadak seperti ini di waktu bebasnya dari pekerjaan." Pria paruh baya itu masih bicara dengan sopan meski sebenarnya agak jengkel melihat putranya harus ikut turun tangan masalah penjualan seperti ini.

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang