CHAPTER 18 MISTERI

390 67 30
                                    

CHAPTER 18

MISTERI

.

.

.

Tetes-tetes darah perlahan turun dari jemari lentik milik seseorang kedalam botol kecil seukuran 50 ml yang sudah disediakan.

Yah, jari manis sebelah kirinya ditusuk dengan jarum sampai tiga kali dan hal itu tidak membuatnya merasa kesakitan. Terlihat sangat terburu-buru, jangan lupakan dia melakukannya seorang diri, tanpa bantuan siapapun...... di dalam kamarnya.

Apa yang dirinya lakukan dengan darah itu? Yah, setelah mengetahui darahnya sanggup menyembuhkan luka lebih cepat, seorang Rathavit rela mengumpulkan darahnya dalam botol dan dimasukkan kotak didalam lemari yang sengaja dirinya tempatkan jauh dari jangkauan sang Alpha. Bersyukur sekali setelah melahirkan, darahnya selalu tertutupi dengan bau darah sang anak hingga membuatnya terlepas dari incaran para Vampire. Juga setelah tubuhnya pulih dan harus memuaskan hasrat sang Alpha hingga berakhir dengan digagahi, bau Werewolf perlahan memudarkan bau darahnya, terlebih dirinya berada disekitar banyak Werewolf hingga baunya tidak terlalu kentara lagi. Putranya memiliki feromon yang sangat kuat, menurun dari Ayahnya hingga dirinya tak kesulitan untuk bersembunyi.

"Ku harap darah ini tidak memiliki masa kadaluarsa sebagai penyembuh." Gumamnya.

"Jika aku pergi dan darah ini tidak memiliki keistimewaan lagi, semuanya akan menjadi percuma jika aku mengumpulkannya dan tidak berguna lagi." Masih menggumam sembari menunggu darahnya memenuhi botol kecil itu.

"Ibu......" Seseorang memanggilnya.

Mark berdiri disamping pintu, pintu kamarnya telah terbuka. Tangannya masih memegang gagang pintu.

Plan menegang, tentu saja karena seseorang masuk tanpa dia ketahui. Ketika menengok, Mark terdiam membisu.

Anaknya berlari ke tempatnya terduduk dan berusaha mengambil tangannya untuk dijauhkan dari botol itu.

"Apa yang Ibu lakukan?!" Mark memekik terkejut. "Kenapa Ibu membiarkan luka ini terbuka?" Mark mengelap jemari Ibunya dengan sapu tangan yang selalu berada di kantong celananya, menjauhkan botol kecil itu ke sisi lain meja.

"Apa yang kau lakukan, Mark?" Plan justru bertanya dengan heran, pasalnya sudah susah susah mengumpulkan darahnya dan baru separuh terisi malah dijauhkan dari jarinya.

"Menghentikan darah yang terus mengucur, aku tidak akan membiarkan Ibu terluka." Jawab Mark yakin.

"Ibu sedang mengumpulkan darah untuk semua anggota pack jika suatu saat kalian berperang dan terluka, darah ini bisa digunakan setetes demi setetes dan dicampur dengan beberapa tumbuhan lalu didiamkan selama beberapa waktu sebelum siap digunakan." Plan menjelaskan panjang lebar.

Selama beberapa saat mereka saling terdiam, Mark menghentikan gerakan tangannya mengusap jemari Ibunya yang terluka. Menatap Ibunya dengan tatapan nanar.

"Jadi, yang Ayah berikan waktu itu adalah darah Ibu?" Mark bertanya tapi nadanya seperti tidak percaya.

Plan sadar dirinya telah salah mengucapkan kata itu.

"Ibu...." Panggil sang putra. "Masih banyak cara untuk menyembuhkan luka Wolf, Ibu tidak perlu melakukan semua ini." Mark berusaha mengatakannya tanpa bermaksud menasehati.

"Tapi Mark--," Plan memprotes.

"Apa Ayah tahu apa yang Ibu lakukan?!" Serasa dihantam batu es, Plan tidak bisa bereaksi.

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang