CHAPTER 46 MARK DAN KEMUTLAKANNYA

366 68 58
                                    

Kangen ya? 

CHAPTER 46

MARK DAN KEMUTLAKANNYA


Gun terlihat sibuk dengan ponselnya. Bukan tanpa alasan, suami tampannya pukul 5 pagi sudah menelponnya dan merusak suasana hatinya yang awalnya tenang. Mark tiba-tiba mengomel panjang lebar mengenai Gun yang harus membolos hari ini. Mark mengatakan bahwa dirinya yang akan meminta ijin pada guru agar Gun diijinkan tidak masuk.

Mark mengomeli Gun yang bersikeras berangkat sekolah. Padahal Gun sudah mengatakan tidak apa-apa, tidak jadi masalah ketika dia berangkat sekolah. Mark terlalu khawatir akan kelakuan anak di kampusnya yang mencari gara-gara pada pasangannya sehingga dia jadi tidak rela Gun berangkat sekolah.

"Astaga, Ibu aku pusing." Gun merengek pada sang Ibu, mendengus dengan nafas yang pendek.

Ibunya mengusap kepalanya pelan, "kenapa?"

"Phi Mark mendadak cerewet dan melarangku bersekolah." Rajuk Gun. "Gara-gara kemarin teman seangkatannya menggangguku." Gun menunjukkan wajah memelas pada sang Ibu.

"Dia mirip sekali dengan Ayahnya." Earth tersenyum simpul. "Dulu juga begitu pada Plan, tetapi tidak ada yang sampai membully Plan sih di kampus. Mereka cukup tahu diri jika ingin mengganggu Plan, Ibu Mark itu banyak yang naksir. Jadi Ayahnya sangat protektif menjurus Posesif pada matenya. Kamu harus mengerti jika Mark mengkhawatirkanmu." Gun mengangguk meski tak yakin.

"Berangkat saja, nanti Ibu minta Ayahmu bicara pada Mark." Gun merasa sangat lega, dia mengolesi roti setelahnya dengan bersenandung riang.

"Selamat pagi." Title bergabung di meja makan dengan senyum merekah di bibirnya.

"Uh, Ayah." Gun memanggil guna menarik atensi pria paruh baya itu. "Apa Ayah menangani kasus hilangnya seorang Mahasiswi SWU?" Title yang baru mengambil roti yang disiapkan sang Istri sejak tadi akhirnya mengembalikan rotinya ke atas piring.

"Ayah tidak ikut menanganinya." Title tentu menolak untuk mengurus kasus ini karena berkaitan dengan anaknya sendiri sebagai korban.

Meski hari menghilang dengan hari pembully-an anaknya berjarak lebih dari 24 jam tetapi tetap saja Title tidak terima. Title sakit hati ketika dia mendengar anaknya bercerita bahwa putra Omeganya itu diperlakukan semena-mena dan dipermalukan di depan sekolah dengan di tonton siswa lain. Title berniat menuntut balik dan menggugat ke pengadilan dengan berbekal hasil visum dari luka yang didapatkan sang anak dan kerontokan pada rambutnya yang sangat parah. Susah payah Title dan Earth merawat anak semata wayangnya, orang lain malah seenaknya menyiksa sang putra!

"Ayah tidak di marahi?" Gun dengan polosnya bertanya.

"Ayah ini Kepala Kepolisian, siapa yang berani memarahi Ayah nak?" Title tersenyum simpul, Gun tampak mencoba memahaminya. "Yang bisa memarahi Ayah hanyalah Alpha dan Beta di pack." Kekehan terdengar dari mulut Title menjalar pada dua orang lainnya.

"Sudah puas bertanya pada Ayahmu?" Earth menggantikan suaminya bicara karena Title sejak tadi tidak jadi menggigit rotinya. Gun mengangguk pelan.

"Belum Bu." Gun mengigit rotinya dan mengunyahnya dengan cepat. "Tapi Ayah terlihat menahan marah, jadi Gun tidak berani bertanya lagi."

Earth menggeleng heran. "Jika ingin bertanya lagi tanya saja, tidak perlu sungkan. Dia itu Ayahmu bukan Ayah Mertua." Earth terkikik geli. Title mendelik lucu pada sang Istri.

"Hahaha, Ayah melotot jadi terlihat konyol."

Puas menertawakan Ayahnya, Gun meminum air putihnya. "Jadi bagaimana dengan hasil pencariannya?"

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang