CHAPTER 67 EGO

299 52 10
                                    

CHAPTER 67

EGO

Dua hari setelah dirawat akibat luka tembak, Mark diperbolehkan pulang. Dokter kebingungan dengan tingkat kecepatan penyembuhan pada tubuh pasiennya. Terlalu cepat. Mark sudah bisa bergerak seperti biasa. Menurut para Dokter, pasiennya kali ini aneh. Aneh karena tidak biasanya pasien luka tembak tidak mengalami trauma dan shock, Mark bahkan terlihat seperti penonton dari pada korban. Lukanya memang tidak langsung kering karena Mark menekan kekuatan rahasianya dan meminta Kengkla untuk tidak mengobatinya agar tidak menimbulkan kecurigaan pada Dokter yang notabenanya adalah manusia.

Dua hari itulah waktu umum penyembuhan Werewolf tanpa kecepatan regenerasi. Tetapi bagi manusia, itu terlihat sangat aneh. Biasanya orang yang mengalami serangan apalagi terkena peluru, akan mengalami shock parah dan harus berada dalam pengawasan psikolog untuk mengurangi trauma tetapi untuk pemuda tampan keturunan Konglomerat itu justru terlihat sangat terbiasa dengan hal yang menimpanya dan menikmati perawatannya seperti hari-harinya di rumah seolah-olah terkena tembakan itu seperti bermain.

"Anda yakin untuk pulang, Tuan Mark?" Tanya seorang Dokter yang bertugas merawatnya dua hari ini. Mereka hanya bertiga dengan suster di belakang sang Dokter yang terus membengong dan mencuri pandang pada Mark yang memiliki wajah rupawan.

"Huum." Jawab pemuda itu singkat, calon Alpha pack itu terlihat jengah dengan pertanyaan berulang yang Dokter itu ajukan. Pagi ini sudah lima kali Mark mendengarnya.

"Luka tembaknya belum kering, sebaiknya dirawat saja selama 1-2 hari ke depan agar pihak rumah sakit bisa mengontrol keadaan anda secara rutin." Dokter muda bername tag Riey itu memberi masukan.

"Keluargaku punya Dokter pribadi, aku akan dirawat olehnya." Ucap Mark jengah. Sejujurnya dia hanya ingin cepat pergi dari Rumah Sakit ini karena merasa risih dengan para suster yang bergantian mengecek keadaannya.

Belum sempat sang Dokter bicara, ponsel Mark berbunyi nyaring. Ada pesan masuk ke ponselnya, beberapa kali dan beruntun. Mark segera membukanya, wajahnya terlihat sedikit terkejut tetapi tetap menunjukkan aura yang dingin.

"Hai Nong....." Yanjun menyapa di ambang pintu dengan suara menggema. "Siap untuk pulang? Ayahmu sudah menyiapkan semua keperluanmu." Kata Yanjun dengan sombong.

Yanjun menengok ke arah Dokter dan Suster di sisi lain Mark, "Halo Dokter, aku datang menjemput Adikku." Ucapnya percaya diri. Yanjun melengos saat sang Suster terlihat seperti ingin mendapat sapaan darinya.

"Jangan mengumpatiku adik kecil, aku ke sini mencuri waktu dari kantor." Yanjun mengedik pada Mark. "Setelah ini kamu harus mengunjungi perusahaanmu dan hadir dalam rapat penting. Para tua bangka memintamu untuk menemui Wartawan guna meluruskan berita yang beredar. Mereka terlalu khawatir jika keadaanmu membuat harga saham menurun drastis." Yanjun bicara tanpa peduli ada orang lain di sekeliling mereka. Toh ini masih bahasan manusia, masih wajar di dengar. Wajahnya tertekuk dan muram karena demi apa pun menurut Yanjun, Mark harus istirahat di rumah tapi para tua bangka itu ingin sekali Mark segera menyelesaikan semuanya.

"Huum." Mark mengangguk tanpa beban.

"Paman Perth titip pesan untukmu. Semoga segera sembuh." Kakak Mark itu tersenyum tengil. Dia akhirnya tahu jika Pamannya mengkhawatirkan sang sepupu.

"Terima kasih. Paman tidak perlu mengkhawatirkanku." Mark menyesalkan keadaannya yang membuat banyak orang khawatir.

"Panggil yang lain untuk membicarakan rencana kita nanti." Titah Mark dingin.

"Pulang dulu baru memikirkan itu, ish." Sungut Yanjun. "Jika Ibumu tahu kamu terlalu memikirkan banyak hal, bisa-bisa statusmu sebagai CEO akan dialihkan pada orang lain."

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang