CHAPTER 7 : BERBURU TANPA PERASAAN

441 78 25
                                    

CHAPTER 7

BERBURU TANPA PERASAAN

Mark duduk dipinggiran tempat tidur di kamar sang Alpha, Ibunya memanggilnya. Katanya ingin membicarakan banyak hal. Sedari Mark datang, Ibunya hanya memandangnya dalam diam. Menunjukkan raut wajah yang tidak pernah Mark lihat sebelumnya, lalu helaan nafas dalam terdengar.

"Bagaimana harimu?" Plan membenarkan rambut Mark yang berantakan.

Anaknya tidak pernah merapikan penampilan setelah berlatih, membiarkannya apa adanya. Meski banyak Warrior dan Prajurit Ayahnya yang menatapnya seolah dia tak sopan. Mark tidak pernah peduli, satu-satunya yang dia pedulikan adalah perasaan Ibunya.

"Baik Bu, Mark mempelajari beberapa teknik baru." Mark bicara dengan halus pada orang yang telah melahirkannya.

Ibunya tersenyum, sangat cantik dan menawan.

"Apa pelatihanmu melelahkan?" Itu pertanyaan yang seharusnya tak membutuhkan jawaban.

"Tidak!" Mark menjawab singkat, "Demi melindungi Ibu." Jawaban ini hanya diberikan pada Ibunya.

Hanya Plan seorang.

Plan memperhatikan putranya lagi, tampak sangat tampan dan auranya sangat kuat. Putranya mirip seperti Ayahnya. Aura Mean mendominasi, hanya saja mereka tidak terlalu dekat. Dibanding dengan Mean, Mark lebih suka mengobrol dengan Plan.

Mark membatasi diri dengan Ayahnya Mean.

Mark memiliki rahasia sendiri kenapa dia melakukannya. Ibunya pernah diberitahu, tapi hanya berupa clue. Plan tidak begitu memikirkannya, hanya meletakkannya di belakang kepala seolah anaknya hanya mengajaknya bicara secara random.

"Sudah bertemu Ayahmu?" Plan bertanya dengan tenang, senyumnya mengembang.

Mark mendongak, menatap mata Ibunya dalam keterdiaman. "Ayah sibuk." Sudah memikirkan jawaban ini sejak belum memasuki kamar orangtuanya.

"Laporlah pada Alpha, bagaimanapun kau adalah anggota pack-nya."

Dengan titah Ibunya, akhirnya Mark mendatangi ruangan Ayahnya. Berpamitan pada Ibunya.

Berjalan cepat melewati lorong yang panjang, netra tajamnya akhirnya menemukan pintu ruangan yang diketahuinya sebagai ruang pertemuan. Hanya antar para petinggi pack. Mark belum diperbolehkan masuk kedalamnya, mungkin karena masih terlalu muda.

"Bertemu Alpha?" Suara Pamannya menyadarkannya dari lamunan panjangnya.

"Paman....?" Reflek ia memanggil Perth, "Mark ingin melapor."

Setelah itu, Perth membawa keponakannya masuk. Tidak peduli tatapan heran anggota yang lain dan beberapa Warrior. Mengusir salah satu Warrior bawahannya, dan mendudukkan Mark disana. Perth sedang serius, tidak ada yang berani menyela. Beta terkuat dan terkejam dalam sejarah kehidupan Werewolf itu tampak mengeraskan rahangnya.

Mean menatap perilaku Perth dengan wajah datar.

-Membiarkannya.

"Kenapa berhenti? Lanjutkan!" Perth memerintah, itu dianggap lancang karena Alpha sedang disana. Tapi siapa yang berani melawan jika yang berbicara adalah orang terkuat kedua di pack mereka?

"...." Semua orang menatap dengan tampang tergugu.

"Aku sedang bosan dan ingin berburu Vampire, karena sekarang harus rapat, bagaimana kalau diantara kalian melawanku?!" Itu tantangan langsung, Beta Perth tidak pernah bercanda. "Atau haruskah ku congkel mata kalian untuk didonorkan pada yang membutuhkan?" Pertanyaan sepihak itu dilayangkan tanpa ada yang berani menjawab.

HIDDEN PIECES  (The Next Story of ALPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang